Hasratdewasa69 - Kejadian malam itu terulang lagi 2 malam kemudian. Kali inipun dengan sengaja aku mendatangi kamar mbak Siti karena minta ditemani tidur dan lagi-lagi saat itu bukanlah saat yg tepat bagiku. Kali ini bahkan lebih parah.
Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku menyaksikan hal yg selama ini hanya pernah kudengar dari orang atau dari buku. …..sebuah persetubuhan! Bedanya jika kemarin aku memergoki mereka karena aku menerobos masuk ke dalam kamar sedangkan kali ini aku belum sempat masuk.
Namun aku bisa melihat dari luar kamar apa yg terjadi di dalam situ karena kebetulan pintu kamar mereka tak tertutup rapat. Entah mengapa aku tdk kabur seperti kemarin. Aku justru berdiri terpaku di situ. Seakan berharap bisa melihat lebih jauh apa yg bakal terjadi selanjutnya di dalam situ. Seketika itu tubuhku langsung merespon secara aneh. Jantungku berdetak keras. Sementara tubuhku menggigil bak kedinginan.
Terus terang saja baru kali itu juga aku melihat k0ntol seorang lelaki dewasa dan dalam keadaan ereksi lagi. Dari posisiku berdiri aku bisa menatap jelas saat benda hitam yg licin dan basah pada selangkangan mang Narko itu bergerak timbul dan tenggelam ke dalam memek mbak Siti. Aku juga merasa agak ngeri saat tahu sebegitu jauhnya memek seorang wanita bakal terentang saat di masuki alat kelamin seorang pria.
“Heggghhh!! Nduukkkkk …Euunaakkk!!!”
Kudengar suara erangan mang Narko dengan sedikit menggeram. Detik itu juga tiba-tiba pinggulnya ia hentakkan dengan kuat kebawah.
SLEEEPPPP! AWww! Aku sampai mendesis. Untung saja kesepuluh jemariku cepat menutup bibirku. Jika tdk aku pasti bersuara seperti malam sebelumnya. Betapa kuat hujamannya itu!. Akupun seakan ikut-ikutan tersodok. Dan kurasakan ada sesuatu yg terpancar keluar dari kemaluanku.
SLEEEPPPPP!
Argghhh! Dia menghujam lagi! Hujamannya kembali membuat cairanku terpancar.
“ARGhhhhhhhhh!! Kaaaaangg!!” kali ini kudengar mbak Siti memekik …pilu.
Aku tak tahu apakah itu pekik kesakitan mbak Siti atau bukan? Bisa jadi mbak Siti menderita gara-gara mang Narko menghujamkan alat vital secara kuat ke memeknya? Mang Narko terus menghujaman hingga beberapa kali sampai akhirnya ia benar-benar berhenti melakukannya dan menahan hujamannya di dalam agak lama. Bola testisnya terlihat menggembang dan mengempis kuat. Lalu kulihat cairan putih meluber dari sela-sela kemaluan mereka berdua.
Aku tak mampu menonton adegan itu lebih lama lagi. Aksi lima belas menit mang Narko dan mbak Siti itu benar-benar menggoyahkan dengkulku sekaligus membuat celana dalamku menjadi sedemikian basahnya. Aku bergegas kembali ke kamarku sebelum mereka memeregokiku. Alhasil aku jadi sulit sekali tidur malam itu. Kejadian barusan selalu terbayang di pelupuk mataku. Uhh! malam masih begitu panjang sedangkan aku semakin gelisah. Tak ada jalan lain terpaksa gulingku kujepit dengan kedua pahaku dan kutekan kuat-kuat ke arah keselangkanganku. Hanya itu caraku melampiaskan rasa aneh yg bergejolak di dadaku.
Keesokan paginya mataku sayu karena kurang tidur semalam. Aku berangkat ke sekolah di antar oleh mang Narko. Di tengah perjalanan aku kerap melirik ke arah celananya. Hatiku berdetak kencang ingat jika di dalam situ ada sebuah benda dasyat yg kulihat tadi malam yg membuat mbak Siti terpekik-pekik keenakan.
Malam harinya setelah mengerjakan PR-ku aku ditemani mbak Siti menonton film di kamarku. Rasa gelisah kembali merasuk. Kegelisahan yg sama seperti yg kurasakan pada malam kemarin. Bayang-bayang keintiman antara mbak Siti dengan mang Narko terus-terusan muncul mengganggu konsentrasiku pada film yg kutonton. Aku seakan masih mendengarrintihan dan erangan dari mbak Siti. Aku masih bisa membayangkan pantat hitam nan keriput mang Narko bergerak naik turun.Dan yg paling menggelisahkan adalah ingatan akan batang k0ntol mang Narko yg hitam besar dan melengkung itu menghujami memek mbak Sitiyg kecil mungil.
“Si non kok melamun?” tanya mbak Siti di tengah-tengah pertunjukan.
“Hi hi iya mbak. Eh Kok mbak bisa tahu?”
“La iya tahu. soalnya non diem ndak ketawa-ketawa sejak tadi padahal filem-nya lucu banget.Pasti lagi mikirin ‘itu’ ya?”
“I.ituu? Itu apaa sih mbak?”
“Itu tuu yg non intip semalem” ujarnya mengagetkanku.
“N.ngintip apaan?”tanyaku pura-pura bego.
“Kemaren malem si non ngintip mbak sama mang Narko lagi gituan, kan?”tembaknya langsung.
“Idihhh mbak. Jangan nuduh sembarangannn” sangkalku. Wajahku jadi panas memungkinan mbak Siti bisa melihatnya merona saat itu.
“Sudah ngaku saja!.Soalnya mbak bisa ngelihat bayangan si non di dekat pintu!”
Duh! Malunya.Aku-pun jadi tersipu. Tak kusangka ia bisa tahu. Dasar aku-nya yg bego dan kurang hati-hati.
“Hi hi Iya deh mbak, Monica ngaku.. tapi beneran itu bukannya Monica sengaja mau ngintip. Mbak juga sih yg ga ngunci pintunya!”kilahku
“Dasar! Ntar matanya bintitan, lho non!”godanya. Lalu kami melanjutkan tontonan kami hingga selesai.
“Eng.. mbak”
“Iya non?”
“Sakit ngga sih, Mbak?”tanyaku ragu-ragu
“Apanya yg sakit, non?”
“ituu..di ‘gitu’in sama mang Narko?”tanyaku lebih jelas.
“Hi hi hi mbak pikir apa ternyata itu toh? Yaa ndak lah, non. Justru rasanya enak bangeeet!”jawab mbak Siti sambil tertawa geli mendengar pertanyaan luguku.
“Masa sih,mbak? Kok mbak teriak-teriak? ”tanyaku kurang yakin sebab masih terbayang olehku betapa lebar memeknya terentang oleh alat vital mang Narko.
“Hi hi hi hi Non…non..mbak teriak yaa karena keenakan!”
“Oooo..begitu..”ujarku termagu-magu.
“Lagian mana mungkin perempuan doyan begituan kalau rasanya tdk enak.Eh?..kenapa si non tanya? Si non belum pernah ngerasain, ya?”tanya
Aku mengeleng. Tentu saja aku belum pernah melakukan itu. Pacaran pun aku dilarang sama mami meski begitu banyak cowok yg tergila-gila oleh tampang buleku.
“si Non kepengen, Ya?”tanyanya mengagetkanku.
“Idihhh mbak!. Monica kan cuma nanya doang!”elakku.
Tapi mbak Siti seakan tahu hasratku. Kulitku yg putih tak mampu menyamarkan pipiku yg bersemu dadu.
“Sudahh ndak usah bohong lagi. Ngaku saja. Mbak tahu cirinya kalau perempuan sedang kepingin. Mbak juga begitu waktu seumur non. Kepingin ndak nyobain?”
“Iya sih mbak tapi Monica-kan belum punya pacar”ujarku lesu.
“O gitu toh. Eng…Bagaimana kalau sama…mang Narko aja. Mau ndak?”
“A..paaa?! Samaa mamang,mbakk?!”Jantungku berdetak keras mendengar tawaran tak terduga-duga darinya itu.
“Iya…”
“Nggaaa mauuu ahh, mbak! Masak sama mamang!”
“Lho kenapa? Biar sudah tua tapi k0ntolnya enak banget lho. Non juga ndak usah malu. Mbak ndak keberatan non di gituin sama suamiku. Mang Narko juga pasti seneng banget!”
“Monica ngga mau, Mbak!”
“Katanya tadi kepingin. Ayolah!…Mumpung maminya non sedang ndak ada”.bujuk mbak Siti.
“B.bbukannya begitu, mbak. Mami pernah bilang Monica harus menjaga keperawanan Monica sampai menikah kelak”
“Oalah! Cuma karena masalah itu, toh?”
“Maksud Mbak?”
“Ntar kita bilangin sama mamang supaya di celup aja”
“Diceluuup, mbak?”
“Iya dicelup!”
“E emangnya ngga bakal pecah, mbak?”tanyaku lagi.
“Ya ndak lah. Yg masuk kan cuma kepala k0ntol saja. Ayolah, tunggu apa lagi?”goda mbak Siti terus berusaha menggoyahkan keimananku.
“Tapii mbakk…Argggg” aku masih tetap ragu.
“Sudahhhh ikuttt!!” ujar mbak Siti menarik tanganku.
Aku dimintanya menunggu di depan pintu kamar sementara ia masuk dan berbicara dengan suaminya. Tak lama kemudian ia muncul lagi dan langsung menarik tanganku masuk ke dalam kamar sempit itu.Di dalam situ mang Narko berdiri menyambutku. Ternyata ia sedang dalam keadaan telanjang bulat. Sehingga mau tak mau k0ntolnya yg tak disunat di antara gerombolan bulu kemaluannya yg kusut dan beruban itu terlihat olehku.
“Aaaa!!…Mbakkk takutt!!..”jeritku sambil berlari dan bersembunyi di belakang mbak Siti.
“Masa sih non takut sama ini-nya mamang?” Tanya mang Narko sambil mendekat ke arahku.Aku semakin merapatkan tubuhku ke mbak Siti.
Tapi mataku tetap menatap lekat benda di selangkangannya itu. Benda itu berdiri kukuh seakan tengah menunjuk ke arah aku dan mbak Siti. Bentuknya melengkung laksana sebuah pisang ambon besar dengan balutan kulit keriput berwarna hitam pekat.
“Aaakhhh!” desahku kaget. Tiba-tiba saja benda tersebut melenting ke arah atas secara cepat hingga menampar perut pemiliknya secara keras.
Cletap! …Cletap!..Cletap! Benda itu terus terhempas-hempas. Aku tak tahu mengapa benda itu bisa bergerak seperti itu seolah-olah ada yg memegang dan mengayunkannya.
“He ..hee.hee” mang Narko terkekeh sambil berkacak pinggang. Ia sungguh tak punya malu memamerkan bagian tersebut kepadaku.
“Ndak apa-apa non. Bentuknya memang jelek tapi yg penting kan rasanya” kata mbak Siti.
“Gimana jadi ndak, he eh-nya?”tanyanya.
“Tapii…Ntar kalau hamil gimana?”bisikku pada mbak Siti. Mbak Siti tertawa geli mendengar kekuatiranku itu.
“Apa toh nduk?” Tanya mang Narko pada istrinya.
“Ini kang..Si non takut kalau sampai bunting.”
Mendengar itu mang Narko jadi ikut terkekeh-kekeh sambil memperlihatkan deretan gusi tanpa gigi palsunya.
“Gini Non. Si non ndak bakalan hamil kalau air pejuh mang Narko tdk ditumpahin di dalem punyanya non.”
“P.ejuhh?” tanyaku bingung.
“Iya ituu…..air enaknya lelaki. Pasti non juga sudah belajar di sekolah kan?”mbak Siti balik bertanya kepadaku.
Aku merenung sejenak. Mungkin yg dimaksud mbak Siti adalah Sperma. Ya pastinya memang itu yg bisa membuahi sel telur perempuan, pikirku.
“Iya sih mbak. Monica tahu itu. Tapi Monica masih ga yakin dan kuatir”
“Baiklah, mbak coba jelasin biar si non yakin dan ndak ragu lagi”
Lalu ia menambahkan beberapa hal lain yg perlu aku ketahui seputar persetubuhan dan kehamilan pada seorang wanita.Sepertinya apa yg dikatakan mbak Siti barusan memang cocok dan sama dengan apa yg ada di pelajaran biologi. Beberapa istilah asing memang baru kudengar pada saat itu. seksigo
Tapi aku paham apa yg dimaksudkannya itu ketika kucocok-cocokan dengan bahasa ilmiah yg sering dipakai pada pelajaran sekolah. Seperti ‘pipis enak’ kuduga itu artinya ejakulasi. Lalu ‘kacang’ pastilah itu klitoris dan beberapa istilah lainnya berkaitan dengan hal itu. Begitulah dengan sabar Ia memberikan jawaban atas setiap pertanyaanku sehingga bisa meyakinkanku sekaligus membuat satu persatu kekuatiranku lenyap.
“Gimana? Sudah pahamkan?”tanyanya setelah penjelasan tadi.
Aku mengangguk kecil.
“Berarti ndak kuatir lagi digituin sama mang Narko kan?”susulnya lagi.
Aku ragu. Antara mau dan takut. Tapi sepertinya mbak Siti mengerti akan kegamangan hatiku.
“Ya udah, kalau masih belum berani juga, tak cobain yg lain aja dulu. Gimana? Mau?”
“Y.ang lain? Apaa mbak?”tanyaku
“Alaaa cobain ajah dulu. Pokoknya asyik deh, mbak yakin non pasti suka”
Aku melirik ke arah mang Narko. Kulihat si tua itu tersenyum lebar. Sepertinya dia juga berharap sekali hal itu terlaksana. Pandanganku kembali ke mbak Siti. Dan akhirnya dengan malu-malu aku anggukan kepalaku. Bersamaan dengan itu kudengar suara terkekeh mang Narko.
“Tapi mbak-nya jangan kemana-mana!”pintaku.
“Iya mbak tetep di sini nemenin si non. Nah sekarang mbak bantuin ngebuka bajunya ya non?” ujar mbak Siti meminta izinku.
“Mbak ajah duluan” pintaku. Mbak Siti menuruti. Setelah ia selesai dengan dirinya. Lalu ia membukakan pakaianku.
“Arggg!! Mamang jangan lihat kemari!”protesku karena malu.
“Nantikan juga mamang ngeliat semuanya, non”jawab mang Narko.
“Kalau gitu ngga jadi ajah!. Monica ngga mau!” rajukku
“Kangg!!”hardik mbak Siti ke Mang Narko meminta suaminya itu agar bersikap kooperatif.
“Iya iya” jawab mang Narko lalu memutar tubuhnya membelakangi kami.
Satu persatu pakaianku terlepas hingga akhirnya aku benar-benar telanjang.
“Duduk di sini non” kata mbak Siti membimbingku duduk di pinggir dipan.
Ia sendiri duduk di sebelahku.Setelah itu di atas pangkuanku ia letakan sebuah bantal. Hatiku langsungkebat-kebit. Aku tahu apa yg bakal ia lakukan! Ini-kan posisi duduknya mbak Siti seperti yg kulihat beberapa malam yg lalu di saat mang Narko menetek padanya! Argggg!..Jangan-jangan dia juga akan melakukan hal yg sama padaku.
“Kang. Ayo rebahan.” Ujar mbak Siti kepada suaminya.
Mang Narko melakukan apa yg mbak Siti barusan katakan padanya. Senyum mesumnya mengembang menghiasi pipinya yg peot. Duhh! Betapa malunya aku sehingga kupejamkan mataku. Bayangkan ini pertama kalinya dalam hidupku aku berbugil dihadapan seorang lelaki.
“Wuiihh! putihh tenann. Beda banget sama kamu, Ti” ujar mang Narko mengomentari keindahan yg tersaji di hadapannya itu..
“Hi hi hi Ini kan barang indooo, kang” timpal mbak Siti.
Ia biarkan suaminya memandang puas-puas seluruh aset pribadiku yg memang lebih banyakan bulenya ketimbang melayunya itu. Jelas sekali gen papiku begitu kuatnya sehingga kemungkinan hanya sepuluh persen saja gen mami yg ada pada diriku. Detik demi detik berlalu. Jantungku berdetak jauh lebih cepat dari biasanya. Tubuhku terasa panas dingin seolah aliran daraku beredar tak normal.
Mataku masih terpejam rapat. Menanti sesuatu yg akan terjadi pada diriku dengan perasaan tak menentu. Jemari tangan kananku menggenggam erat jemari mbak Siti. Sementara tangan yg satunya mencengram kain seprey. Tak lama kemudian aku merasakan sebuah tekanan pada bantal di atas pangkuanku menandakan mang Narko sudah menaruh kepalanya di situ. Lalu….kurasakan sesuatu yg basah menyentuh cepat puting payudara kiriku.
AWWWW!! Aku terpekik dan terlonjak kaget! Mataku spontan membeliak. Dan berusaha melihat apa yg terjadi.
Ternyata yg mencoel putik susuku adalah ujung lidahnya mang Narko. meski cuma menyapu selintas tapi efek yg ditimbulkannya sungguh dasyat bagiku! Gelii itu…! Sampai sekarangpun masih meninggalkan kesan yg mendalam di hatiku.
Tentu saja itu merupakan sentuhan secara seksual pertama yg kudapat dari seorang lelaki. Namun belum lagi sempat aku bernapas lega ia sudah melakukannya lagi. Kali ini lidahnya menyapu lebih perlahan. Tapi ia menekan lebih kuat. Ampunnnn geliiinyaa!…Napasku sampai tersengal-sengal. Kulihat mang Narko menatapku sambil nyengir memperlihatkan deret gusi tanpa giginya. Tiba-tiba tanpa peringatan ia memagut puting susuku bagai seekor ular. Dan hanya dalam hitungan sepersekian detik ia telah menyedotnya kuat-kuat.
“AWWWWWW..Maangggg! heggggggg!”aku terpekik tertahan.
Seketika itu jiwakupun seakan ikut tersedot melalui putingku itu. Ternyata benar dugaanku tadi. Mang Narko menetek padaku! Rasanya…tak dapat kucapkan dengan kata-kata! Punggungku melengkung karena aku tak kuat melawan sengatan rasa geli yg bercampur dengan kenikmatan itu. Sementara aku harus menggigit bibirku sendiri.
Secara naluriah tangan kiriku meraih kepala mang Narko dan menekannya ke arah dadaku lebih erat lagi. Kejadian itu baru berlangsung kira-kira satu menitan ketika…Plok! Tiba-tiba hisapan mang Narko terlepas sekaligus memutus kenikmatan yg sedang kurasakan. Ternyata mbak Siti-lah yg memisahkan putingku dari bibir mang Narko. Ada apa gerangan?
“Gimana rasanya?” tanya mbak Siti sambil tersenyum.
“G..geli banget mbak” bisikku malu.
“Tapi enak juga kan?”
“He eh….”
Jelas! Gerutuku dalam hati. Mana mungkin aku menygkal kenikmatan yg terjadi pada ‘first contact’ tadi. Lihat saja putingku sampai berdiri sepejal karet.
“Mau di terusin lagi ndak?” Tanya mbak Siti tersenyum geli.
Entah ia bermaksud menggodaku atau karena ia benar-benar ingin tahu pendapatku. Padahal jelas ia pasti tahu jawabanku. Akupun mengangguk.
“Kalau begitu non rebahan aja di kasur. Biar lebih nyaman” Ujar Mbak Siti membimbingku naik ke tengah dipan.
Kali ini aku dimintanya terlentang. Mang Narko juga ikut merayap naik. Akhirnya payudaraku yg satunya lagi ia’perawani’ juga. Aku tahu aku telah melakukan sesuatu yg tabu. Melanggar apa yg telah selama ini mami pesankan kepadaku. Aku telah membiarkan seorang lelaki yg bukan suamiku menyentuh diriku secara seksual.
Tetapi aku sungguh tak mampu mencegah hasratku. Dorongan buat merasakan itu begitu kuatnya. Dan lelaki yg beruntung itu kebetulan adalah mang Narko, yg berstatus hanya sebagai sopir keluargaku, suaminya mbak Siti.Seorang pria tua, berkulit hitam legam, bertubuh pendek dan kerempeng. Sungguh tak ada sedikitpun dari dirinya yg sepadan dengan seluruh kebaikan yg dianugrahkan pada diriku. Aku hanya bisa melingkarkan kedua tanganku ke belakang kepalanya secara erat sambil merintih-rintih.
Apa dayaku dibawah kendali seorang pria yg pernah belasan kali menikah dan begitu berpengalaman dalam hal ini. Ia pasti tahu sekali bagaimana menaklukan gadis bau kencur seperti aku melalui putting susuku. Pertama-tama ia akan melakukan hisapan kuat dan bergelombang. Lalu lidahnya berputar di dalam ke-vakuman rongga mulutnya, berotasi menyapu setiap titik-titik sensitif yg ada di seputar putingku.
“Argghhhhh..mamangggg”. aku terpekik lirih setiap kali sirkulasi kemesraan itu ia akhiri dengan sebuah gigitan dari gusinya yg tak bergigi itu.
Mulutnya yg tak begigi itu ternyata membuat daya hisapnya menjadi semakin luar biasa.
Mbak Siti tak lagi ikut campur tangan. Kami dibiarkannya berpuas-puas menikmati sesi menyusu kali ini.Mang Narko terus melakoninya semua itu selama lima belas menit ke depan.
Plok! Akhirnya hisapan mang Narko terlepas dengan meninggalkan ketegangan dan bias-bias merah disekitar putingku. Tapi wajahnya tak menjauh dari tubuhku. Bibir keriput itu mencecarkan kecupan-kecupan di seputar dadaku. Bibirnya bergerak bagai seekor siput yg sedang merayap itu perlahan turun menuju ke perutku, lalu ke bagian pinggulku dan semakin turun dan semakin ke bawah hingga ke bagian yg paling intim milikku..
“Buka pahanya, non…”bisik mbak Siti padaku..
“Mamang mau ngapainn sichh., mbakkk?”tanyaku malu. Mengetahui wajah mang Narko sudah berada tepat di depan selangkanganku.
“Sttt…non merem ajaa…nanti pasti enakk” bisiknya lagi.
Lalu akupun kembali memejamkan mataku. Beberapa detik kemudian aku tersentak kaget ketika kurasakan sentuhan sebuah benda basah menyapu secara vertical selangkanganku dari bagian bawah ke bagian atas.
“Oughhhhh!” rintihku mengelinjang oleh rasa geli bercampur dengan nikmat yg langsung menyengat selangkanganku saat itu.
Kepalaku terangkat dan mataku yg tadinya terpejam membuka lebar lalu berotasi memandang ke arah sumber nikmat tersebut.
“Maangggg itu kannn bekas Monicaa pipisss!” pekikku dalam nikmat bercampur malu setelah tahu apa yg tengah ia lakukan di bawah situ.
Tetapi mang Narko tetap asyik melumati memekku tanpa rasa jijik. Tangannya menahan kedua pahaku agar tetap terpentang lebar. Aku hanya sempat menyaksikan hal itu beberapa saat sebelum akhirnya kepalaku kembali terhempas ke kasur dengan mata terpejam.
“M..bakkkk…Ouhhhhh!” kali ini rintihanku kutujukan pada mbak Siti.
“Hi hi hi apa tadi mbak bilang…Enak banget kan, noon?… ”terdengar suara dan tawa khas mbak Siti menari-nari di telingaku.
Aku yakin ia tak butuh jawaban dariku. Ia tahu apa yg sedang kurasakan saat ini.Sesudahnya aku hanya bisa merintih dan menikmati ulah lidahmang Narko yg tengah menari-nari dengan lincah di bagian kewanitaanku. Nyaris sepuluh menit ia melakukannya sampai akhirnya aku kembali terpekik dibuatnya.
“AAARRRGGHHHHH!!!” rasa itu…. bukan kepalang nikmatnya! Sungguh tak terlukiskan. Seakan ada sesuatu yg meletus dari dalam selangkanganku. Pinggulku sampai terangkat saat itu terjadi. Tanpa sadar aku menjepit kepala mang Narko dengan kedua pahaku.
Sementara kesepuluh jemariku mencengram erat kain seprey. Itu adalah orgasme yg pertama kali terjadi dalam hidupku.
Kenikmatan itu mungkin hanya berlangsung kurang dari satu menit namun bagaikan berabad-abad lamanya.Pinggulku akhirnya jatuh kembali ke kasur. Perlahan rasa enak itu pergi berganti dengan kenyamanan. Rasa nikmat yg tadi itu…. sungguh tak dapat kulukiskan dengan kata-kata. Begitu mempersona! Aku yakin itulah yg dinamakan dengan orgasme itu dan tentu saja aku ingin mengalaminya lagi! Tetapi sepertinya harapanku barusan tak bakal terjadi karena mang Narko telah mengangkat kepalanya keluar dari wilayah selangkanganku.
“He he udah basah nih, nduk.” ujarnya pada mbak Siti sambil terkekeh-kekeh.
“Sebentar, kang. Tak tanya si non dulu mau diterusin apa ndak” ujar mbak Siti.
Hatiku kembali berdebar mendengar ucapannya. Mang Narko sudah netek, juga sudah menjilati ‘anu’ku. Berarti ini sudah waktunya buat yg satu ‘itu’.
“Gimana non? Mau ya dicelupin sekarang? Baru pake lidah ajah udah sebegitu enaknya apalagi kalau pake k0ntol” Tanya mbak Siti padaku.
Benar saja dugaanku tadi.Mbak Siti menanti kepastian dariku sebelum melangkah lebih jauh.
“Tapii..beneran ga sampe pecah kan, mbak?” tanyaku masih ragu sambil mempertanyakan kembali jaminan darinya.
“Mbak jamin, Non. Cuma dicelupin ajah, kok! Mau yaa?”
Akhirnya aku-pun mengangguk lemah karena tujuanku kemari toh memang buat mencoba itu. Sejenak kudengar mbak Siti dan mang Narko berdialog serius dalam bahasa daerah asal mereka. Tentu saja aku tak mengerti apa yg mereka bicarakan. Sepertinya terjadi perdebatan kecil di situ. Entah ada apa. Kemungkinan ada sesuatu yg mang Narko inginkan namun mbak Siti keberatan.
“Kalau kakang ndak mau nurut yah udah! Lebih baik batal saja!” terdengar suara mbak Siti meninggi.
“Iya..iyaa! tadi itu aku kan cuma usul, nduk. Kalau tdk setuju ya ndak apa-apa”timpal mang Narko.Sepertinya dia yg harus mengalah.
“Ada apa sih, mbak?” tanyaku heran.
“Ndak apa-apa non. Ayo! Si non rebahnya nyamping biar mang Narko di belakang non”
Aku mengikuti petunjuk mbak Siti meski hatiku masih bertanya-tanya apa yg mereka ributkan barusan. Lalu setelah itu mang Narko-pun rebah menyamping di belakangku. Tangan kanannya mengangkat paha kananku dan menopangnya agar tak jatuh.
“Gini toh, nduk?” tanya mang Narko pada istrinya.
“Ya gitu..Pinggul kakang turunin sedikit” ujar mbak Siti. Lalu mang Narko menggeser sedikit posisi tubuhnya lebih rendah dari pinggulku.
“Ya segitu, kang. Nah..si Non lemesin aja badannya.Ndak usah tegang, ya” ujar mbak Siti kali ini kepadaku.
Jantungku berdetak cepat. Kali ini lebih cepat dari sebelumnya.Perasaanku bercampur aduk menanti saat-saat mendebarkan itu. Sebentar lagi aku akan merasakan alat kelaminnya lelaki masuk ke dalam kemaluanku.
“Uhhh!” desahku lirih tatkala sesuatu yg hangat melintasi kedua pahaku hingga menyentuh bibir memekku. Aku tahu itu adalah k0ntolnya mang Narko.
Lep! dengan satu hentakan benda itu berusaha menerobos masuk…
“Oughhh” aku merintih.
Ternyata cucukan pertamanya meleset dan hanya menyerempet klitorisku. Kegagalan pertama semakin membuat mang Narko bernapsu. Ia kembali mengambil ancang-ancang. Mencoba melakukan tusukan ke dua yg lebih akurat. Lep! kali inipun dia melesat. K0ntolnya malah nyelonong ke arah belakang dan menghantam pantatku!.
“Uuuuu…Perett baget sih!”gerutu mang Narko karena sodokannya selalu meleset.
Ternyata meskipun memekku sudah basah total namun ia masih saja kesulitan buat mempenetrasiku. Mungkin juga karena aku masih perawan sehingga memekku masih sangat rapat. Melihat situasi itu mbak Siti segera bertindak.
“Sabaran sedikit toh kang. Ndak bakalan bisa masuk kalau kakang grasak-grusuk begitu!. Sini biar kubantu!” katanya gemas.
Dengan jemarinya ia rentangkan bibir memekku. Sementara tangannya yg lain meraih batang k0ntol mang Narko dan mengarahkannya ke posisi yg tepat.
“Coba tekann sedikitt….Kangg ….” ujarnya pada mang Narko.
Mang Narko mencoba kembali menyentak kan pinggulnya. Dan……
“AWWWWW..mmaaaanggg.!.” aku merintih ketika sesuatu yg asing….begitu besar dan bertektur membuat bibir memekku merentang lebar.Dan..
CLEPP! Ujung k0ntol mang Narko yg bulat besar seperti jamur itu sepertinya berhasil masuk! Aku seakan tak percaya apa yg telah kulakukan ini. Aku telah membiarkan kemaluan seorang lelaki memasuki alat vitalku! Tapi ia belum berhenti. Dapat kurasakan secara perlahan sekali ia terus memasukiku mili demi mili. Merentangkanku… Menyentuhku..menyelusup ke tempat yg belum seorangpun termasuk aku menjamahnya.
“Uhhhhhhgg!” Aku meringis. Sementara alisku yg mengerenyit.
“Sakit..?” tanya mbak Siti kepadaku. Tentu saja ia bisa mengetahuinya dari ekspresi wajahku.
“Iya mbak… tapi cuma sedikit!”
“Ndak pa pa itu biasa. Sebentar lagi juga enak”
Benar kata mbak Siti. Tak perlu menunggu lama. Rasa ngilu yg sempat kurasakan tadi berangsur-angsur pudar. Seiring waktu rasa geli bercampur nikmat mulai muncul. Bahkan semakin lama terasa semakin menyengat sekaligus mengubur habis rasa ngilu tadi. Aku sendiri tak menduga jika rasa nikmat yg ditimbulkannya ternyata begitu dasyat. Bahkan jauh lebih dasyat dari jilatan yg mang Narko lakukan tadi. Tektur daging k0ntolnya begitu kentara terasa menyentuh seluruh dinding pangkal memekku yg dipenuhi oleh jutaan picu bom kenikmatan.
“Wuiiihh.. ternyata masih bisa masuuuuk” kudengar mang Narko menggumam, rupanya ia masih terus mencoba melesakkan k0ntolnya jauh lebih dalam.
Srtttttt!
“Aduuuuhh… duhh!!” Kali ini akumengaduh kesakitandi tengah-tengah kenikmatan itu.
“Kang! Kang! Cukupp segitu aja!. Ntar perawannya si non robek. Itu juga sudah sepertiganya punya kakang yg masuk!” ujar mbak Siti memperingatkan mang Narko agar tak terlalu memaksakan dirinya.
Sepertinya ujung k0ntol mang Narko memang sudah menyentuh dan menekan selaput daraku.
“Sebaiknya non rapetin pahanya biar bisa ngejepit sisa k0ntol mang Narko” mbak Siti terus memberikan instruksi kepada kami berdua.
Kedua kaki mang Narko yg kurus dan berbulu itu diapitkan ke pinggulku. Aku baru mengerti mengapa ia harus berada di posisi belakang bukannya di depan seperti saat ia bersetubuh dengan mbak Siti. Dalam posisi itu k0ntol mang Narko akan selalu berada di jalur yg tepat sehingga tak bakal mudah terlepas sekaligus mencegah penetrasinya terlalu jauh ke dalam karena tubuhnya akan terganjal oleh pantatku.
“Nah, kang. Kocokin…tapi pelan-pelan dulu…”
Mang Narko mulai menggerakan pinggulnya mundur maju. Kecepatannya sungguh lambat namun ia lakukan dengan kedalaman terukur secara konstan. Sesekali k0ntolnya terlepas. Tapi mbak Siti dengan sigap menuntunnya balik masuk ke dalam memekku. Kedua tangan Mang Narko juga tdk tinggal diam. Yg satu tetap memegang pinggulku sementara yg satunya lagi memainkan clitorisku.
“AAARRRGHHHHHHH!” aku mengerang.
“Enak non?” tanya mang Narko.
“I.yyaa Maang enakk..bangett!!”rintihku tanpa malu mengakuinya.
Rasa ingin tahuku sungguh setimpal dengan resiko yg kuambil. Tak kusangka baru dicocol sedikit tapi nikmatnya sudah seperti ini apalagi jika di masukan semua pikirku saat itu. Sempat aku hampir dikuasai secara penuh oleh gairahku. Untungnya ditengah badai kenikmatan itu akal sehatku ternyata masih mampu diandalkan dan mencegahku agar tak kebablasan. Ya! Aku tak boleh melampaui batas. Jika aku masih ingin tetap PERAWAN! Apa yg telah kulakukan ini sudah maksimal. Demikian ketetapan dan batasan yg kutanamkan dalam hatiku.
“Heegg..peretttnyaa!…” kembali kudengar keluhan mang Narko. Kutahu ia juga pasti sedang keenakan sebagaimana halnya diriku.
“Ti..ngecrot di dalemm apa di luar, nihh? Kakang sudah ndak kuat lagi!.”Tanya mang Narko buru-buru sambil menoleh pada istrinya.
“Lho bagaimana kakang ini?! Baru juga dimasukin sudah mau muntah!”gerutu mbak Siti.
“Eng anu. Soalnya tempik si non kuat banget ngemutnya…” ujar mang Narko berkilah.
“Ntar! Di tahan dulu!” cegah mbak Siti lalu ia beralih kepadaku.
“si Non kapan dapet mens-nya?”
“10 hari lagiii mbakk…” jawabku heran di sela-sela deraan nikmat yg menyengat itu.
“Kecrotin aja di dalem kang. Masih aman kok.” ujar mbak Siti pada mang Narko.
Aku jadi terkejut mendengar omongan mereka.
“Mbaaakk..?”rintihku lirih.
“Ndak apa-apa non. Mbak jamin ndak bakalan hamil kok” ujar mbak Siti kembali menenangkanku.
Sepertinya ia memang selalu mengerti akan kekuatiranku sekaligus mampu membuat hatiku tenang.
“Kang! Kalau bisa sih bikin non Monica ngecrot barengbiar bukan cuma kakang yg dapet enaknya” oceh mbak Siti pada mang Narko.
“Iyaa…inii juga sedangg di usahainnn…”jawab mang Narko terbata-bata.
Tiba-tiba gerakan pinggulnya yg tadinya lambat mendadak semakin cepat. Ulahnya itu semakin membuat rasa geli nikmat pada mulut kemaluanku semakin tak tertahankan olehku.Dalam waktu singkat aku kembali terpekik.
“AAAAWWWWWWWW….MAMAAAAANGGG!!”
Mang Narko berhasil membuatku kembali orgasme! Letupan kali ini sungguh tak terkira nikmatnya. Bahkan jauh lebih nikmat ketimbang dari orgasme yg dihasilkan oleh jilatan mang Narko. Tubuhku mengejang disertai hilangnya kesadaranku saat hal itu terjadi. Kesepuluh jemariku secara spontan mencengram paha mang Narko yg keriput dengan kuat. Sementara itu mang Narko sendiri menggeram hebat.
“GRRRHHHAA!! Oeenakk tenaaann!!!”
Seper sekian detik kemudian kurasakan sesuatu memancar kuat dari ujung k0ntolnya.
CRuuuTTTTT!!! Itu pasti ‘pipis enak’nya mang Narko seperti yg di maksudkan oleh mbak Siti.
CRuuTTT!!!….CRuuuTTTTTTT!! Dia terus saja menembakan pipisnya ke dalam punyaku. Rasanya hangat. K0ntol mang Narko berdenyut-denyut dengan kuat….mengempis.. mengembang seakan hendak meletus di setiap pancaran yg terjadi. Setelah lebih satu menit berlalu barulah semua proses orgasmeku berakhir. Aku masih memejamkan mataku mencoba menstabilkan nafasku sambil meresapi sisa-sisa kenikmatan hebat itu.
“Gimana, enak kaaan?” tanya mbak Siti.
Kudengar juga suara tawa mang Narko terkekeh-kekeh. Sepertinya dia bangga sekali berhasil membuatku mencapai kepuasan tertinggi secara bersamaan barusan.
“Iyahh mbakk..enak sekaliii” jawabku masih tersengal-sengal.
Ini adalah seks pertamaku. Dan aku merasa beruntung dapat merasakan k0ntol lelaki tanpa harus kehilangan keperawananku.
“Eh, Kang cabut dulu!”ujar mbak Siti tiba-tiba sambil mendorong perut suaminya menjauh sehingga k0ntol mang Narko tercabut lepas dari memekku.
Aku heran ketika Mbak Siti menahan kangkanganku. Ia mendekatkan wajahnya ke situ.dibukanya bibir memekku yg masih setengah menganga karena baru saja dimasuki alat vital suaminya. Dengan telaten di singkirkan-nya lelehan sperma mang Narko yg menutupi mulut memekku.
“Ada apa sih mbak?’
“Hmm… amannn!”katanya lega. Setelahnya aku baru mengerti ternyata ia tengah memeriksa selaput daraku dan memastikannya masih utuh.
“Lagi ahh!” ujar mang Narko langsung menjejalkan k0ntolnya kembali.
“Awwwww mamaangggg” akupun terpekik lirih saat menerima hujamannya.
Memekku menjadi sangat sensitive setelah orgasme tadi sehingga rasa gatal dan geli begitu menjadi-jadi. Kamipun mengulangi apa yg sudah kami lakukan tadi. Mang Narko banyak melakukan hal-hal baru kali ini. Ia mengecupi seputar leherku. Tak hanya itu aku terpaksa menerima ciumannya pada bibirku untuk yg pertama kali.
Kurang dari 1 jam seluruh tubuhku sudah ia jamahi…ia nodai kecuali satu tempat yaitu liang senggamaku mulai dari bagian selaput dara hingga ke arah rahimku. Di sesi yg terakhir keintiman kami berlangsung dalam waktu yg sangat lama namun begitu aku belum juga mendapatkan orgasmeku. Pasalnya mang Narko menjahiliku. Ia kerap menunda-nunda setiap kali aku akan sampai pada orgasmeku dengan berulang kali mencabut lepas k0ntolnya. Tentu saja ulahnya itu sungguh membuatku menderita.
“Mamangggg…..tusukinnn!” rengekku tak tahan lagi karena ingin ia segera menuntaskannya..
“Udahh kang! Jangan di godain terus. Kasihan non Monica”Kata mbak Siti agak kesal dan bosan karena harus terus-terusan mengembalikan k0ntol mang Narko ke posisi yg benar.
“Iyaahhh.. ini kakang juga sudah mau muncrattt!”jawab mang Narko terbata-bata. Lalu ia tusukan k0ntolnya.
“UGHHHHHHH!!!!!”
Akhirnya aku mendapatkan apa yg kumau. Mang Narko tak lagi melepas-lepas kepala k0ntolnya. Benda itu terus di biarkan menancap ketat pada bagian pangkal memekku..mengkedut-kedutkannya kuat-kuat…hingga aku mencapai orgasmeku.
“AARRRRGHHHH MAAANGGG!!!!!”pekikku kali membahana memenuhi kamar sempit itu.
Aku merasakan akibat kejahilan yg dilakukannya kepadaku tadi. Aku justru mendapatkan orgasme paling enak ketimbang dua sesi sebelumnya. Jemariku mencengkram pahanya kuat-kuat ketika hal itu terjadi.
“GRAAAAAHEEGGGG!!!” Mang Narko menggeram jantan. Ia kembali melepas ‘pipis enaknya’ bersamaan dengan kenikmatanku.
CROOOOTTT!!!….. CRRROOOOOTTTTT!!……CRRROOOTTTTT!!
Uuugghh! Nikmatnya. Setiap hentakan benih mang Narko terespon cepat oleh syaraf-syaraf kewanitaanku. Membuat diriku hilang kesadaran.. Tubuhku seakan melambung ke atas gumpalan awan. Seakan semuanya berubah menjadi putih. Menit demi menit berlalu kesadaranku berangsur-angsur pulih. Namun kini yg tersisa adalah rasa lelah dan kantuk. Ketika aku membuka mataku kulihat wajah mbak Siti di hadapanku sambil tersenyum kepadaku.
“Gimana? Masih pingin lagi?” tanyanya.
Belum lagi aku menjawab seketika itu juga kurasakan k0ntol mang Narko kembali bergerak maju mundur menyodok-nyodok memekku. Sepertinya ia belum puas jugamenghajarku.
“Mbakk.. Monicaa ngantukk…”jawabku lirih diantara rasa nikmat akibat gerakan mang Narko dan rasa kantuk
“Kang..sudah dulu. Sepertinya non Monica sudah kecapekan.”
“Sekali lagi ajahh..uhh uhh”
jawab mang Narko masih secara intens memaju mundurkan pinggulnya.
Ia nampaknya masih bersemangat sekali padahal ia juga sudah berkali-kali pipis enak tadi.
“Kang! Kasihan si non. Diakan masih harus ke sekolah besok…kalau kakang mau diterusin sama saya saja!.”lagi-lagi Mbak Siti mengingatkan mang Narko.
“Iya juga he he he” ujar mang Narko setelah melihat kondisiku yg terkulai tanpa daya.
Lalu Ia menghentikan sodokannya namun ujung k0ntolnya tetap ia biarkan mengeram di dalam memekku. Ternyata melakukan sebuah keintiman itu sangat meletihkan meski aktifitas peting tadi lebih banyak di motori oleh mang Narko sementara aku sendiri di posisi yg pasif.
Namun tenagaku benar-benar habis oleh kekejangan-kejangan saat orgasme melandaku secara nonstop tadi. Dan kini rasa kantuk yg kuat menyergapku seiring kenyamanan pasca-orgasme. Aku masih tetap tergolek menyamping di ranjang mereka di antara ke dua suami-istri itu. Mang Narko mendekap pinggangku dari belakang sementara mbak Siti berada di depanku. Aku taklagimempunyai sisa tenaga buat berjalan menuju ke kamarku. Keinginanku saat ituhanya satu. Langsung tidur.
“Ndak pa pa. Tidur saja di sini non”ujar Mbak Siti sepertinya maklum dengan kondisiku.
Ia lalu menutupkan selimut ketubuh telanjangku.
“Makasih mbak….” bisikku
“Iya” Mbak Siti tersenyum
“Sama mamang juga…”bisikku lagi.
“Tuh kang. Kakang dengar tdk?. Barusan si non bilang terima kasih ke kakang” Sambung mbak Siti.
Mbak Siti membelai-belai rambutku sehingga kesadaranku semakin menjauh.
“Enak ya kang?” Tanya Siti kepada mang Narko. Samar-samar aku masih dapat mendengar ia berdialog dengan suaminya.
“Jelas enak toh nduk. Sayangnya cuma bisa di celup.”
“Jangan serakah, kang! Di awal tadi kita sudah sepakat dan kakang juga sudah berjanjin dak bakal merusak ‘segel’-nya si non sebab walau bagaimanapun dia itu putri majikan kita. Sudah untung kakang bisa ngerasai segitu itu!” ujar
Siti mengingatkan suaminya itu. Rupanya mang Narko berhasrat menusukan k0ntolnya secara penuh ke dalam memekku.
“Iya, kakang tahu itu. Kakang kan cuma berandai-andai toh nduk. Habis baru kali ini kakak begituan sama gadis seperti dia. Sudah molek, punya kulit putih bening, terus body ne manteb lagi!.” ujar mang Narko merinci satu persatu apa saja yg dimiliki tubuhku yg membuatnya kagum.
“Iya. mirip bule banget nona kita ini ya, kang. Sampai jembutnya saja rada-rada pirang gitu” mbak Siti menimpali.
Menit demi menit berlalu. Dan aku tak lagi bisa mendengar percakapan mereka ketika kantukku sudah menutup semua pancaindraku.
Begitulah awal dari hubungan antara aku, mbak Siti dan mang Narko. Pasangan suami istri itu telah membukakan gerbang kedewasaanku malam itu sekaligus merengut kesucianku meski secara teknis aku masih tetap perawan. Secara perlahan aku mulai mengerti soal keintiman di antara seorang lelaki dan wanita.
Sejak kejadian malam itu pula tiada lagi hari dan malam tanpa petting. Aku sungguh menjadi ketagihan dan tak malu meminta kepada Mang Narko untuk mengulangi kenikmatan tersebut.Bahkan kini kami melakukannya di dalam kamarku.
Mbak Siti selalu mengikuti jadwal mens-ku secara ketat sehingga ia tahu persis kapan saat diriku sedang dalam keadaan subur atau tdk. Bila tengah datang masa suburku maka mang Narko tak ia perbolehkan memuncratkan pejuhnya di dalam memekku. Mang Narko hanya bisa menuntaskannya pada mbak Siti. Dengan bimbingan mbak Siti aku jadi mengenal banyak hal baru tentang seks. Seperti melakukan seks oral! Awalnya aku agak syok ketika melihat mbak Siti melahap k0ntol mang Narko tanpa rasa jijik seakan benda itu adalah sebuah lolipop yg lezat.
Tetapi lama kelamaan aku justru ingin mencobanya. Hingga pada suatu malam kulihat mereka saling menjilat kemaluan satu sama lain. Mang Narko terlentang di bawah tindihan tubuh mbak Siti tengah mengobok-obok memek istrinya dengan mempergunakan jemari dan lidahnya. Sementara mbak Siti sendiri berada di atas tubuh mang Narko dengan mulut terbuka lebar disesaki oleh k0ntol suaminya itu. Mbak Siti bilang yg sedang mereka lakukan itu namanya posisi enam sembilan.
Setelah mencontohkannya padaku akhirnya tiba giliranku buat mencobanya. Ternyata asyikk sekali. Kami dapat enaknya barengan. Selagi aku orgasme mang Narko memuntahkan pejuhnya di mulutku. Malam itu untuk pertama kalinya aku mencicipi lendir enaknya mang Narko. Dan menurutku itu lezat sekali. Satu hal lagi akupun jadi tahu persis soal anatomi alat vital lelaki. Ukuran k0ntol mang Narko ternyata punya panjang tujuh belas senti ketika iseng-isengaku ukur benda itu pakai mistar sedangkan diameternya lebih besar sedikit dari lingkaran yg dibuat oleh ibu jari dan telunjukku.
Kata mbak Siti k0ntol mang Narko lebih panjang dari k0ntol pacarnya terdahulu. Mang Narko juga memiliki stamina bak kuda liar meski mungkin orang bisa tertipu oleh penampilan fisiknya. Dan yg teristimewa dari mang Narko sekaligus membuat mbak Siti tergila-gila padanya adalah otot-otot Tantra-nya yg kuat. K0ntolnya yg tengah mengacung akan melenting kuat ke atas dari posisi sedikit menggantung hingga menghantam perutnya bila ia kedutkan.
Bayangkan…betapa nikmatnya bila benda itu di hentakan kuat-kuat seperti itu saat dia berada di dalam liang senggama. Aku sendiri sudah pernah merasakan kehebatan mang Narko itu saat ia mempetingku. Semenjak itu pula aku jadi tak lagi bisa menerima tamu cowok di rumah.
Sebagai seorang gadis rupawan sekaligus merupakan primadona di sekolahku jelas banyak sekali pemuda yg ingin mendekatiku. Tetapi mereka semua selalu berhasil dihalau oleh mang Narko sekalipun mereka cuma beralasan ingin mengerjakan tugas kelompok. Meski demikian aku tak ambil pusing terhadap sikap protektifnya. Entah mengapa semenjak dicabulinya aku sendiri tak merasa tertarik bergaul dengan pria lain apalagi sampai menjalin hubungan cinta-cintaan. Bagiku mang Narko seorang sudah sangat cukup komplit. Dia supirku, teman bercandaku, pelindungku sekaligus kekasihku.
“Dasar cowok kota bisanya cuma ngejual tampang sama ngehambur-hamburin duit orang tua saja!“ ocehnya pada suatu sore setelah mengusir seorang cowok teman sekelasku yg mencariku.
“Kang..kang! Biarkan saja orang mau bertamu. Lagian wajar saja banyak lelaki yg dateng. Lah wong Nona kita itu emang ayu kok!”
“Kamu itu ndak ngerti, Ti!. Aku cuma mau melindungi nona kita dari para lelaki iseng”
“Dari mana kakang tahu kalau mereka itu lelaki iseng?”
“Ya dari nganu…eng..yaa itu!” ujar mang Narko tak bisa menjemukan jawaban yg pasti.
“Itu! Nganu! Bilang saja kalau kakang cemburu sama mereka. Takut nona kita kecantol sama salah satu dari mereka. Ya kan?!”cibir mbak Siti.
Mang Narko hanya nyengir malu sambil menggaruk-garuk kepalanya yg tdk gatal karena mbak Siti mampu menebak pikirannya dengan tepat.Sementara aku sendiri tertawa geli mendengar perdebatan kedua suami-istri itu.
“Iya sih, Ti. Aku memang cemburu sama pemuda-pemuda itu…” masih kudengar ucapan bernada lesu mang Narko kepada mbak Siti.
Ia letakan sapu lidinya dan duduk di atas sebuah batu. Mbak Siti menggeleng-gelengkan kepala melihat suami tuanya itu bertingkah bagai seorang pemuda yg tengah kasmaran itu.
“Kang! Kakang itu ngaca dulu dong!. Kakang ndak bisa berharap memiliki dia seperti aku dan istri-istri kakang dulu.
Bagaimanapun juga non Monica itu pantas mendapatkan jodoh yg sepadan buatnya. Dan suatu hari nanti hal itu pasti akan datang juga.” Timpal mbak Siti. Jelas pembicaraan itu tengah membahas diriku.
“Aku tahu nduk. Tapi… setdknya aku pingin sekali jadi yg ‘pertama’ buat non Monica, nduk! Nona kita itu membuat aku serasa muda kembali”
“Kubur saja angan-anganmu itu, kang! Bukankah sudah dia katakan jika dia ndak mau memberikan yg satu itu kepada kakang. Justru sebaliknya saya kuatir non Monica bakal membenci kakang jika kakang nekat melakukannya! Saya heran sekali kakang ndak pernah puas. Masih untung saya mau membantu hasrat terpendam kakang itu ”
“Aku bakal menunggu saat yg tepat nduk. Sampai dia merasa ‘siap’ dulu untuk yg ‘satu’ itu.”
“Hhhhhhh… Terserahkang Narko! Pokoknya aku sudah mengingatkan!. Kalau ada apa-apa kang Narko tanggung sendiri resikonya.”
Pembicaraan mereka berhenti sampai di situ. Aku mengerti dengan maksud pembicaraan mereka. Rupanya hasrat besar mang Narko kepadaku sudah ada sejak lama. Kesempatan itu baru bisa terlaksana akibat rasa penasaranku dan atas batuan mbak Siti. Namun mbak Siti menghargai prinsip dan keinginanku untuk tetap mempertahankan keperawananku.
Sebenarnya aku sendiri terkadang kepingin juga merasakan bila memekku dipenetrasi secara penuh oleh k0ntolnya mang Narko. Dan aku tahu kenikmatannya pasti jauh lebih besar ketimbang cuma melakukan peting seperti yg sudah aku alami. Apalagi setiap menyaksikan persetubuhan panas mereka berdua. Pekik-pekik kenikmatan mbak Siti begitu mendebarkan.
Aku ingin juga seperti dia.. Merasakan kedutan-kedutan besar itu jauh di dalam relung kewanitaanku.. Namun ucapan mami tetap saja membuatku takut melangkah lebih jauh. Aku tak ingin bila dicampakan oleh lelaki yg menjadi suamiku kelak bila ia tahu aku sudah tdk perawan lagi di malam pertama.
Hubungan aneh diantara kami terus berjalan selama kira-kira beberapa bulan ke depan. Hingga semua ketenangan itu terganggu ketika pada suatu hari mbak Siti secara mendadak memaksa mang Narko untuk menceraikannya. Aku juga kaget mendengar kabar itu.
Selama ini tak pernah satu kalipun aku melihat mereka bertengkar. Jikapun ada itu hanya sebuah perdebatan kecil yg langsung terselesaikan saat itu juga. Aku berusaha mencari tahu penyebabnya dengan bertanya pada mang Narko. Ia mengatakanbahwa mbak Siti telah main mata dengan mantan pacarnya di kampung dulu yg kini memiliki kehidupan sukses setelah menjadi TKI ke luar negeri.
Baru kuketahui juga jika kepada lelaki itu pula mbak Siti menyerahkan keperawanannya. Mereka bahkan sudah berencana menikah setelah mbak Siti mendapatkan izin cerai darimang Narko.Dengan berat hati mang Narko terpaksa mengabulkannya. Ia tahu mbak Siti tetap juga akan pergi meski tak ia ceraikan.
“Mbak?! Kenapa tega sekali terhadap Mamang?” protesku pada mbak Siti saat ia sedang mengemasi pakaiannya.
Sepertinya tdk tersinggung dengan ucapanku. Ia hanya tersenyum getir.
“Non…Mang Narko adalah pria yg baik. Bersamanya hidupku penuh dengan gairah meledak-ledak. Tapi dia bukanlah type seorang suami apalagi bapak yg ideal bagi sebuah keluarga. Umur mbak semakin hari semakin tua. Seorang wanita hanya memiliki kesempatan selagi ia masih muda. Dan mbak tak ingin semuanya menjadi terlambat.” Pada saat itu aku masih belum mengerti dengan ucapannya itu.
Baru sekarang aku paham maksud mbak Siti kala itu.
“Saya tdk paham maksud, mbak?”
“Hhhhhhh…..” kudengar ia menghela napas “Kamu ini masih bau kencur, non. Kelak kamu akan mengerti maksudku”
“Tapi kasihan mamang sendirian…”ujarku.
Aku masih belum menerima ia meninggalkan mang Narko. Aku mengganggap mbak Siti telah salah melakukan hal ini. Dan aku sungguh berharap ia mau berubah pikiran dan mengurungkan kepergiannya.
“Percayalah….meski mbak pergi namun mang Narko ndak bakal kesepian sebab dia sudah punya pengganti diri mbak yg jauh lebih baik”
“Ganti? Siapa yg Mbak maksud?” tanyaku.
Aku sempat mengira kemungkinan yg dimaksudkan mbak Siti itu adalah salah satu istri mang Narko yg lain.
“Ya orangnya itu kamuu toh nduk!”jawab Mbak Siti sambil mencubit pipiku gemas
“A aaku, mbak?”
“Iya kamu. Hi hi hi” ujarnya sambil memperdengarkan tawa khas-nya.
Aku justru bertambah bingung namunaku tak tahu harus berkata apa-apa lagi saat ia ‘mengangkat kopernya.
“Nah Non, mbak pamit dulu sekarang. Dan mbak titip mang Narko padamu,ya…” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Aku ikut-ikutan jadi terharu. Tak kusangka ternyata mbak Siti masih memiliki perhatian terhadap mantan suami tuanya itu.
Keputusan mbak Siti benar-benar sudah bulat dan tak dapat dicegah lagi. Akhirnya dia pergi meninggalkan kami hari itu.
0 Komentar