CeritaSex - Cerita ini bisa dibilang merupakan pengalaman pribadiku. Sebuah hubungan ‘gelap’ dengan seorang gadis bernama Jenny. Dibilang hubungan ‘gelap’ karena aku sendiri sudah beristri dan beranak, dan aku kenal baik dengan ayah Jenny yang juga merupakan rekan bisnisku. Tapi aku sebelumnya belum pernah ketemu Jenny karena dia sekolah di luar kota.
Keluarga Jenny merupakan keturunan Tionghoa yang cukup lumayan bisnisnya. Perkenalanku dengan Jenny berawal pada saat aku menghadiri peresmian salon & butik milik Diana dimana aku terlibat dalam pembuatan sistem back-officenya, Diana adalah adik ipar Jenny.
Wajah Jenny terlihat mirip presenter Yuanita Kristiana tapi sedikit lebih kurus dan pendek, sedang Diana berwajah manis biasa dan badan sedikit lebih berisi dibanding Jenny. Kami sempat ngobrol lama pada acara itu dan selanjutnya tdk pernah ketemu lagi selama kira2 sebulan.
Pada suatu siang saat aku sedang hunting foto Diana menelponku supaya aku mampir ke kantornya krn ada sesuatu yg hendak dibicarakan mengenai program office-nya, dan aku pun langsung meluncur kesana menemuinya. Sesampainya di kantor Diana kami langsung membicarakan pekerjaan kami di ruangan dia. Selang beberapa saat datang Jenny sambil membawa bungkusan.
“Eh…, ada mas Anto.. Kebetulan nih, aku bawa burger.. Kita lunch sekalian yuk..” kata Jenny.
“Ah, aku sudah makan kok barusan..” jawabku basa-basi.
“Gak apa2, mas.. Temenin ci Jenny tuh, kebetulan aku ada janji sama client nih..” sahut Diana.
“Oke deh kalo begitu..” jawabku.
“Kita makan di atas aja yuk, mas.. Sambil liat ruang senam yg baru..” ajal Jenny.
“Atas mau dibuat sanggar ya?” tanyaku sekenanya.
“Nggak kok, mas.. Tu ci Jenny pengen punya ruang senam pribadi aja..” sahut Diana.
“Oooo, gitu..” jawabku sambil manggut2.
“Udah sana ke atas temenin ci Jenny, kelaparan tuh..!” kata Diana.
“Ha..ha..ha.. Ayuk, mas..! See U Diana..!” sahut Jenny sambil keluar ruangan diikuti aku.
Kami naik ke lantai atas dan masuk ke sebuah ruangan berukuran kira2 8X6m. Lantainya karpet abu2 dan temboknya dilapisi bahan peredam warna hitam. Ruangan itu kosong, hanya ada satu meja kerja & laptop di pojok, sofa panjang dgn satu meja di depannya, dan lemari kecil disamping meja kerja dgn seperangkat home-theatre di atasnya.
Sebuah kaca yg besar terpasang di salah satu sisi dinding, ukurannya hampir memenuhi satu sisi dindingnya. Beberapa lampu dinding tampak terpasang dan di langit2 terdapat 6 lampu sorot kecil. Indah sekali, batinku sambil melihat sekeliling ruangan.
“Silahkan duduk, mas.. Aku setel musik dulu” kata Jenny sambil menyalakan CD dan alunan piano Richard Clayderman mulai terdengar sayup.
“Suka lagu2 gini mas?” kata Jenny sambil membuka bungkusan burgernya dan menyiapkan untuk kami berdua.
“Suka.. Apalagi dengerin sambil cari inspirasi..” jawabku sambil meletakkan tas kameraku.
“Wah, suka fotografi ya..?” tanya Jenny.
“Hobi aja sih, gak buat profesi. Kalo ada yg pake sih ga nolak.. Hehehe..” jawabku sambil makan.
“Hobi kalo menghasilkan kan bagus tuh..” kata Jenny sambil ikut makan.
Kami pun makan sambil ngobrol kesana-kemari, bercanda dan kadang main tebak2an. Setelah selesai makan Jenny segera membersihkan sisa2 dan bungkus makanan kami. Mendadak dia bertanya kepadaku,
“Mas, aku kasih job foto mau?”
“Emmm…, gimana ya? Job foto gimana? Kalo acara2 resmi atau wedding aku belum pernah sih..” jawabku ragu.
“Foto aku..! Aku ingin difoto sendiri, privat..!” kata Jenny.
“Maksudnya kamu mau difoto seperti model gitu..?” tanyaku.
“Iya, tapi khusus buat aku pribadi lho.. Berapa harganya, mas..?” balas Jenny.
Wah, aku belum pernah dapat job foto model gini, batinku bingung.
“Gampang soal itu deh.. Kayak sama siapa aja, lagian buat eksperimen aku juga..” jawabku sekenanya.
“Bener nih..? Kalo iya, kita mulai aja..!” kata Jenny.
“Sekarang? Lokasinya mau dimana?” tanyaku.
“Disini aja, kira2 bagus gak suasananya? Kalo diluar berarti harus cari lokasi dulu deh..” kata Jenny.
Aku melihat sekeliling ruangan. Tampaknya layak juga untuk foto session. Dinding, lampu ruang yg bisa diatur, suasana, semua oke sih.
“Oke, bisa kok disini kalo mau..” kataku.
“Siiipp…! Sebentar, aku make-up dan cari baju dulu ya..” kata Jenny sambil keluar ruangan.
Aku segera menyiapkan kamera SLR-ku dan perlengkapannya, lalu mengambil sample seting pencahayaan disitu (mirip profesional? Hahaha..!)
Tak beberapa lama Jenny masuk kembali, kali ini dia tampak lebih cantik dengan dandanannya. Dia memakai celana jeans pendek sekali dan t-shirt besar warna putih. Pahanya yang mulus semakin kelihatan jelas dan rambutnya yang bergelombang sebahu dibiarkan terurai. Pundaknya yg putih nampak terbuka sebagian karena t-shirtnya yg lebar itu. Tidak nampak adanya tali BH membuatku semakin penasaran. Pikiranku mulai melayang kemana-mana nih..
“Kok melamun sih…? Gimana penampilanku?” kata Jenny membuyarkan pikiranku.
“eh.. mmm.. Bagus kok..” jawabku gugup.
“Keliatan sexy gak, mas..?”
“Sexy kok, kamu juga keliatan cakep..” jawabku polos.
“Ihh… Mas Anto jangan ngeledek, ah..”
“Bener kok, Jen.. You’re look so beautiful & sexy..!” jawabku.
“Kita mulai aja ya..” ajak Jenny sambil pasang gaya.
“Kita ambil sample dulu ya..” jawabku sambil mulai jepret dia beberapa kali.
Setelah sepakat dengan hasilnya, kami melanjutkan sesi foto kami. Jenny nampak luwes dalam bergaya. Dalam beberapa pose dia nampak ingin tampil sexy dengan menurunkan belahan pundaknya, membuatku makin penasaran saja.
Akhirnya aku pun berkomentar juga “Yang lebih menantang dong, Jen…”
“Oke…” jawab Jenny.
Kemudian dia memasukkan tangan ke dalam t-shirtnya lalu melempar sesuatu ke lantai. Wow..! itu tadi ternyata BH tanpa talinya, Jenny sekarang tdk pakai BH. Aku kembali melihatnya, tambah kelihatan sexy karena putingnya kelihatan menonjol dibalik t-shirtnya.
“Ready..?” tanyaku.
“Oke..” jawab Jenny.
Jenny mulai berpose lagi, kali ini semakin berani. Dia mulai melorotkan t-shirtnya sehingga nyaris kelihatan payudaranya, belum posenya yg membuat laki2 bergetar.
Tak berapa lama Jenny membuka retsleting celananya sehingga CD-nya yg berwarna merah kelihatan. Dia terus bergaya dengan pose yang semakin menantang.SahabatQQ
“T-shirtnya buka aja, Jen..” kataku tanpa sadar.
“Malu, ah mas..!” jawab Jenny.
“Gak apa2.. kan ini cuma buat pribadi aja…” kataku.
“Malu sama mas Anto, tau..!” kata Jenny.
“Gak apa2 kok.. Kayak sama siapa aja..” jawabku semakin berani.
“Oke lah..” jawab Jenny sambil membuka t-shirtnya sambil membelakangiku.
“Ok, pose gitu ya.. Muka noleh ke kamera dong..” kataku.
Aku ambil gambarnya beberapa kali dalam pose itu.
“Hadap samping, Jen..” kataku.
Jenny pun berpose menghadap samping dengan tangan menutupi dadanya dan wajah ke kamera. Setelah beberapa kali jepretan, aku memintanya menghadap kamera. Jenny pun menurut dengan tangan tetap di dada. Uuhh… Membuat semakin penasaran nih, batinku.
“Jangan ditutupi dong, Jen..” kataku.
Jenny tidak menjawab tapi langsung berpose dengan berkacak pinggang. Payudaranya yang tidak terlalu besar tapi kencang dan bagus bentuknya dengan puting menantang langsung kelihatan. Aku sempat terpana melihat pemandangan itu, betul2 topless.
“Udah, jangan melongo gitu mas..! Katanya suruh kelihatan..” kata Jenny sambil tersenyum.
“Ehh… i..i..iya..” jawabku gugup sambil siap untuk memotret. Kurasakan adik kecilku mulai mengeras juga. Wah, gawat nih.., batinku.
Setelah beberapa jepretan kami lalu beristirahat dan Jenny mengenakan t-shirtnya lagi. Kami melihat hasil jepretanku di kamera sambil duduk di lantai karpet.
“Kurang jelas mas, kecil2 banget..” kata Jenny.
“Liat pake laptop aja, ntar aku sambungin..” jawabku.
Jenny berdiri mengambil laptop di meja, langsung aku sambung ke kamera dan aku transfer foto2 tadi. Kami melihat hasil dari awal sambil saling berkomentar hasilnya. Sampai pada foto topless Jenny terdiam sambil mengamati satu persatu, aku pura2 cuek aja.
“Mas, foto lagi yuk..” mendadak Jenny berkata padaku.
“Oke…” jawabku.
“Tapi….” kata Jenny sambil menatapku, ada keraguan di mata dan nada bicaranya.
“Kenapa, Jen..?” tanyaku.
“Aku mau difoto naked, telanjang..! Tapi yang kelihatan art-nya gitu.. Kira2 gimana, mas..?” jawab Jenny.
Aku sempat kaget, bingung, dan mungkin girang campur aduk jadi satu.
“Eeee… bisa kok.. Lagian kamu punya tubuh yang bagus, pasti ntar keliatan indah hasilnya..” jawabku sekenanya.
“Ah.. Mulai tuh gombalnya…” kata Jenny tersipu.
“Suer… Bener kok.. Kamu cakep, punya body bagus, mulus.. Kurang apalagi coba..?” kataku sambil berharap mudah2an dia jadi difoto.
“Oke lah… Ayuk, kita mulai..” kata Jenny sambli berdiri. Yess..!! Aku bersorak dalam hati.
Jenny mulai melepas t-shirt, celana pendeknya, lalu CD-nya sambil membelakangiku. Aku langsung mengambil gambarnya dari posisi belakang sambil mengarahkan gayanya.
Jenny menurut saja dengan arahanku dari mulai menghadap samping sampai ke kamera tapi dengan pose tangan tetap menutupi dada dan bagian bawahnya. Jenny nampak enjoy dengan posenya yg semakin berani. Adik kecilku kembali terasa tegang, tapi tidak kuhiraukan karena asyik memotret.
“Open semua aja, Jen.. Nanggung..” kataku nekat. Jenny kembali tersenyum dan perlahan melepas kedua tangannya dari dada dan bawahnya. Wow..! Perfect..!
Body Jenny proporsional walaupun bisa dibilang agak kurus. Payudaranya tidak terlalu besar tapi bagus bentuknya, pantatnya pun sedang, jembinya kelihatan tipis dan rapi.
Aku masih tertegun melihat pemandangan itu ketika Jenny berkata “Tuh, kan.. Malah melongo.. terusin gak nih..?!”
“i..i..iya.. Terusin.. Habisnya kamu perfect, Jen..” jawabku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini.
Lalu kami mulai lagi sesi pemotretannya. Kali ini Jenny benar2 pose telanjang. Dia nampak enjoy dengan posenya, bahkan semakin lama semakin berani dan menantang. Kulihat sekilas dia merasa horny juga. Aku pun jadi semakin berani mengambil gambar bagian2 vitalnya dari dekat dan berbagai posisi. Adik kecilku terasa semakin berontak tapi aku tak peduli sambil terus mengambil gambar Jenny.
Setelah berapa puluh jepretan kami pun kembali istirahat duduk di lantai sambil melihat hasil sesi kami. Kali ini Jenny tidak langsung mengenakan bajunya, dia hanya menutup dadanya dengan t-shirtnya. Aku disampingnya dengan perasaan tidak karuan. Bagaimana tidak? Ada mahluk manis dan sempurna telanjang bulat disebelahku!
Satu persatu dia mengamati fotonya di laptop dengan serius, seakan sedang menilai bentuk tubuhnya sendiri.
“Sempurna, Jen..” kataku tanpa sengaja terlepas.
“Ah, mas bisa aja.. Biasa aja kaleee..” kata Jenny sambil mencubit pahaku.
“Yakin, Jen.. Ga bohong kok..” jawabku.
“iihhhhh, genit ah..!!” kata Jenny merajuk sambil memukuli pahaku.
“Kamu tuh yg jadi genit kalo gini.. Cewek genit kan sukanya gitu..” jawabku.
“Tuhhhh kan… Malah ngeledek, awas lho..” Kata Jenny sambil memukuli pundakku dengan tangan satu karena satunya memegangi t-shirt di dadanya.
Aku tertawa sambil memegang tangan yg memukuliku. Tanpa sadar tangan satunya berusaha memukulku juga sehingga t-shirtnya terlepas, aku langsung terdiam melihat payudaranya. Jenihatku terdiam Jenny langsung sadar dan segera melepas tangannya dan menutupi dadanya sambil tersipu melihatku.Aku menatap wajahnya yg tersipu itu, Jenny nampaknya jadi salah tingkah dan terdiam menatapku juga.
Perlahan aku memegang kedua tangan yg menutupi dadanya lalu kulepas dari dadanya. Jenny diam saja sambil kami bertatapan tapi wajah kami semakin mendekat entah siapa yg duluan. Lalu kukecup bibir tipisnya, dia diam saja sambil memejamkan matanya. Kali ini kucium bibirnya dan dia mulai membalas ciumanku, akhirnya bibir kami saling bertaut.
Tak berapa lama Jenny melepas tangannya dari peganganku dan langsung memeluk leher serta kepalaku. Ciuman bibirnya bertambah ganas, nafasnya pun jadi semakin cepat. Hmmm.. Jenny mulai naik nih.., batinku. kami pun saling berpelukan sambil saling bermain mulut dan lidah.
Tanganku perlahan mulai gerilya di dada Jenny. Kuraba dan kuelus payudaranya sambil sesekali memainkan putingnya, kadang kuremas perlahan. Jenny semakin ganas menciumku dan semakin erat memelukku. Kemudian perlahan kurebahkan tubuhnya di lantai karpet sambil kami tetap saling berpagut.
Dengan posisi Jenny yang rebah semakin memudahkan tanganku untuk menjelajahi tubuh mulusnya. Sambil terus berpagut bibir tanganku mulai memainkan payudaranya, kanan kiri bergantian. Kuremas perlahan dan kumainkan putingnya yg makin mengeras.Agen Domino99
Lalu kulepas bibirku kemudian mulut dan lidahku mulai menjelajahi leher Jenny, setelah puas terus turun ke arah payudaranya. Kukecup, jilat dan hisap payudara Jenny satu persatu sementara tanganku mulai menjelajah ke selangkangan Jenny.
Jenny mulai mendesah dan menggeliat merasakan naik birahinya ketika tanganku menyentuh pintu meqinya. Aku terus mempermainkan payudara Jenny dgn mulutku sementara jariku memainkan pintu meqinya. Jenny semakin menggelinjang sambil mendesah-desah dgn mata tertutup menikmati permainan ini.
Kemudian perlahan kuarahkan lidahku turun ke arah perut Jenny, kujelajahi bagian perutnya dengan lidah dan mulut sampai akhirnya berhenti di dekat meqinya. Lalu aku beranjak dan duduk di depan selangkangan Jenny dan segera kubuka lebar kedua kakinya.
Kujilati mulut meqinya yg mulai basah perlahan sambil sesekali kumasukkan lidahlu kedalam lubangnya. Ternyata meqi Jenny tidak berbau sama sekali dan dia sepertinya sudah bukan perawan, membuat aku semakin asik memainkannya. Jenny semakin menggelinjang sambil memegang kepalaku, mulutnya terus mengeluarkan desahan2 kenikmatan “oooohhhh… aaahhhhh.. Masss… uuuuhhh….”
Aku terus memainkan lidahku di meqi Jenny yang semakin basah oleh cairannya. Tak berapa lama dia menggelinjang hebat dan meqinya tampak semakin membanjir oleh cairannya dan desahannya semakin bertambah keras “aaaahhhh…! uuuuuhhh…massss…! Terusssss….! ooooouuughhhh…!!”
Rupanya dia sudah orgasme oleh lidahku. Seketika itu juga aku teringat pintu sudah dikunci atau belum, kuatirnya ada orang mendengar dan masuk. Aku menghentikan aktivitasku dan bermaksud mengunci pintu. Jenny ikut bangun menatapku dan berkata dengan nada protes,
“Kok berhenti sih.. Kenapa..?!”
“Pintu udah dikunci belum tuh?”
“Udah.. Tadi aku kunci kok..”
“Jen, aku mau nanya sesuatu boleh?” tanyaku pelan, aku ingin yakin dia masih perawan ato tidak. Kalo masih, aku gak mau nerusin ini. Aku gak mau merusak dia juga.
“Nanya apa, mas..?” sahut Jenny sambil memegang tanganku.
“eemmmm.. Kamu masih virgin gak?”
“Emang kenapa mas? Bedanya apa?”
“Aku gak mau merusak kamu kalo kamu masih virgin, Jen…” jawabku.
“Aku udah gak virgin kok.. Tenang aja..” kata Jenny sambil mulai menciumi leherku dan tangannya mulai membuka kancing bajuku. Aku diam saja menikmati cumbuan Jenny disekitar leherku sementara bajuku sudah mulai terlepas semua.
Jenny terus turun ke dadaku dan mulai menghisap putingku sambil kuelus pelan rambutnya yg harum, semakin membuatku sangat ingin ‘meng-eksekusi’ dia. Perlahan Jenny mendorongku hingga rebah dilantai sambil mulutnya terus mencium dan menjilati dadaku serta tangannya mulai meraba kedalam celanaku, setelah tangannya medapatkan kontolku langsung dipegangnya dan dipijit-pijit lembut
Kemudian Jenny mulai membuka retsleting celanaku, tampak ujung kontolku menyembul dari balik CD-ku. Tak berhenti sampai situ Jenny segera melorotkan celana dan CD-ku, aku pun langsung membantu melepasnya. Sejenak Jenny menatap kontolku yg sudah berdiri tegak dan keras dgn pandangan yg tak kumengerti. Ukurannya sih biasa, gak gede2 amat, tapi mengacung dgn sangat keras. Perlahan Jenny mulai mengelus kontolku, kemudian menjilatinya dengan lembut, sangat nikmat sekali jilatannya.
Lalu Jenny mulai memasukkan kontolku ke mulutnya memulai prosesi BJ-nya. Serasa sekujur tubuhku seperti kesetrum sampai ubun2 menikmati BJ Jenny, perlahan tapi pasti mulutnya maju-mundur mengulum kontolku sambil sesekali dijilati dan dikocok pelan kontolku.
“oohhh, Jen… Kamu hebat, sayang…” kataku disela-sela desahanku menikmati BJ-nya.
Lalu kuraih dan kuangkat tubuh Jenny yg sedang mem-BJ-ku naik ke atas tubuhku hingga posisi kami jadi 69, posisi favoritku. Meqi Jenny kini tepat di wajahku dan segera kujilati, Jenny kembali menggelinjang diatas tubuhku.
Semakin kerap aku memainkan meqinya dengan lidahku Jenny semakin ganas dalam BJ-nya, mungkin disebabkan karena birahinya yg semakin tinggi. Cukup lama kami dalam posisi itu hingga akhirnya Jenny kembali menggelinjang keras sambil melenguh panjang dan meqinya bertambah basah menandakan dia mengalami orgasme lagi.
Kontolku yg sedang di BJ Jenny pun semakin merasakan sesuatu yg akan keluar tapi aku masih berusaha menahannya, akhirnya kuhentikan aktivitasku dan berguling kesamping menurunkan tubuh Jenny. Kini dia tergeletak pasrah di lantai, semakin membuatku ingin segera menerkamnya. Aku merebahkan diri disampingnya dan kembali menjilati putingnya sambil meremas-remas payudaranya. Tangan Jenny meraih kontolku lalu meremas dan mengocoknya.
Tak lama kemudian Jenny menarik tubuhku untuk menindihnya, rupanya dia sudah ingin dieksekusi tapi malu untuk mengatakannya. Aku pun segera menindihnya tapi tak kumasukkan kontolku ke meqinya sambil kutatap Jenny, tampak pandangannya seperti sedang mengharapkan sesuatu.
Kuciumi leher Jenny sambil menusuk-nusukkan kontolku ke permukaan meqinya, sengaja tidak kumasukkan dulu supaya dia tambah penasaran. Rupanya Jenny sudah tidak tahan, kakinya semakin lebar mengangkang membuka jalan untukku.
Perlahan kugenjot pinggangku dan masukkan kontolku ke meqinya secara bertahap. Jenny memelukku erat ketika perlahan meqinya dimasuki kontolku. Meqi Jenny terasa agak sempit tapi enak sekali rasanya. Akhirnya kutekan penuh pinggangku sehingga kontolku masuk semua ke meqinya.
“auuhh..mas..aaaahhhh..!!” desah Jenny sambil mempererat pelukannya.
Aku mulai menggenjotnya perlahan, lalu tambah cepat, lalu pelan lagi, terus menerus. Jenny nampak merem-melek sambil terus mendesah menikmati genjotanku. Setelah bosan posisi itu aku segera bangkit dan kucabut kontolku lalu kutekuk kaki Jenny keatas. Kemudian sambil jongkok kumasukkan kontolku lagi dan kembali kugenjot.
“ooowhhh…punyamu keras sekali masss…aaahhh…aku suka…uuuhh..” kata Jenny disela desahannya.
“Punyamu juga enak, Jen..” jawabku sambil terus menggenjotnya.
Payudara Jenny bergerak naik-turun seiring genjotanku, segra kuraih keduanya dan kuremas-remas perlahan. Jenny jadi semakin terangsang dan mendesah-desah tak karuan. Beberapa lama kemudian kucabut kontolku dan membalikkan badan Jenny supaya nungging.
“Jangan lewat pantat, mas… Gak mau..” kata Jenny kuatir.
“Gak, Jen.. Tenang aja..” jawabku.
Segera kumasukkan kontolku lagi ke meqinya setelah Jenny dalam posisi nungging langsung amblas ke dalam, Jenny melenguh panjang “uuuuuugghhhh…masssshh.. “.
Segera kugenjot Jenny dalam posisi doggy, dia tambah mendesah-desah tak karuan. Rupanya posisi ini memberikan sensasi yg hebat buat dia. Benar saja, tak sampai 5 menit dia mengalami orgasme lagi sampai wajahnya tertelungkup ke lantai. Posisi seperti ini membuat dia jadi lebih tinggi nunggingnya.
Aku pun berhenti dan berdiri. Kumasukkan lagi kontolku ke meqi Jenny yg sedang nungging. Bleeesss….. Langsung kugenjot lagi dengan irama biasa dan lama2 menjadi cepat. Jenny kembali mendesah-desah tak karuan. Dia nampaknya pasrah mau dibuat seperti apa.
Setelah puas kulepas kontolku lalu kubaringkan Jenny lagi di lantai. Kutindih dia lagi dgn posisi misionaris. Kembali kuhujamkan kontolku kedalm meqinya. Langsung kugenjot cepat karena aku sudah tidak tahan ingin segera menyemburkan maniku.
Jenny rupanya paham dengan maksudku, kakinya segera melingkar di pinggangku dengan erat. Rasanya semakin enak sekali meqi Jenny. Terus kupercepat genjotanku sambil berbisik ke Jenny, “Keluarin diluar atau dalam, Jen..?”
“Terserah, mas…aku gak peduli, ah..” jawab Jenny disela-sela deshan nafasnya yg memburu. Pikiranku sempat bimbang juga, aku gak mau kalo Jenny sampai hamil juga. Bisa panjang sekali nanti urusannya, pikirku.
Lalu kulepaskan lilitan kaki Jenny di pinggangku dan kunaikkan ke depan dadanya, terus kugenjot lagi dia dengan cepat. Jenny semakin hebat menggelinjangnya menandakan dia hampir sampai orgasme. Semakin kupercepat genjotanku karena kurasakan sesuatu akan segera menyembur.
“Massss…massss…uuuhhh…aa agghh..uuuhhhhhhhh.. .maassss…!!!” Jenny memekik tanda dia sudah orgasme lagi. Kupercepat lagi genjotanku sampai terasa klimak. Sebelum laharku menyembur, kulepas kontolku dari meqi Jenny dan beringsut ke atas badan Jenny. Aku sudah tidak tahan, akhirnya..
“aaaahhhh… Jen…aku keluarrrr…!!” dan.. Crot..crot..crot..crot.. Beberapa kali aku menyemburkan maniku di dada dan wajah Jenny. Dia tidak menolak sama sekali, bahkan ikut mengocok kontolku dan itu membuatku semakin kegelian.
Tak lama kemudian Jenny meraih t-shirtnya dan membersihkan cairan maniku di wajah dan dadanya. Aku pun berbaring di sisinya. Lalu Jenny memelukku sambil berkata,
“Terima kasih ya mas, pengalaman ini indah sekali…”
“Sama-sama, Jen… Kamu suka..?”
“Ehhmmmm…, baru kali ini aku merasakan seperti ini. Dulu sama mantanku gak kayak gini. Payah dia, cuma mau enaknya sendiri..” sungut Jenny.
Setelah ngobrol2 sejenak sambil berbaring di lantai kami pun segera mengenakan baju dan aku juga berkemas bersiap2 untuk pulang. Sebelum membuka pintu Jenny memegang tanganku dan memberikan ciuman di pipiku, baru kami keluar dan turun. Di bawah nampak Diana sedang berdiri di depan kantornya. Dia agak terkejut melihat kami berdua.
“Lho, dari mana aja kalian dari tadi..?” tanya Diana. Aku baru ingat ternyata tadi cukup lama juga aku dengan Jenny. Makan + ngobrol kira2 1 jam-an, sesi foto 1,5 jam-an, sesi ‘bercinta’ hampi 1 jam-an, istirahat 30 menitan, kira-kira 4 jam lebih!
“Dari atas lah…emang mau dari mana lagi..” jawab Jenny. Kulirik Jenny nampak dia mengerlingkan sebelah mata ke Diana dan kulihat raut Diana jadi berubah agak melongo dan bertanya-tanya. Wah, jangan2 Jenny nanti cerita ke Diana tentang peristiwa tadi. Tapi kubuang pikiran itu dan segera berpamitan pada mereka berdua.
Aku pun pulang dengan perasaan puas sekali. Hunting foto yang akhirnya dapat obyek bagus + bonusnya. Sejak itu Jenny kadang kontak kalau sedang ingin ditemani, entah untuk teman ngobrol atau ‘yang lain’…
0 Komentar