Erlangga sangat sopan dan tau diri. Dia banyak membantu pekerjaan rumah dan sering menemani atau mengantar kedua anakku jika ingin bepergian. Dalam waktu sebulan saja dia sudah menyatu dengan keluargaku, bahkan suamiku sering mengajaknya main tenis bersama.
Aku juga menjadi terbiasa dengan kehadirannya, awalnya aku sangat menjaga penampilanku bila di depannya. Aku tidak malu lagi mengenakan baju kaos ketat yang bagian dadanya agak rendah, lagipula Erlangga memperlihatkan sikap yang wajar jika aku mengenakan pakaian yang agak menonjolkan keindahan garis tubuhku. Sekitar 3 bulan setelah kedatangannya, suamiku mendapat tugas sekolah S-2 keluar negeri selama 2, 5 tahun. Aku sangat berat melepasnya, karena aku bingung bagaimana menyalurkan kebutuhan seksku yang masih menggebu-gebu.
Walau usiaku sudah tidak muda lagi, tapi aku rutin melakukannya dengan suamiku, paling tidak seminggu 5 kali. Mungkin itu karena olahraga yang selalu aku jalankan, sehingga hasrat tubuhku masih seperti anak muda. Dan kini dengan kepergiannya otomatis aku harus menahan diri. Awalnya biasa saja, tapi setelah 2 bulan kesepian yang amat sangat menyerangku. Itu membuat aku menjadi uring-uringan dan menjadi malas-malasan. Seperti minggu pagi itu, walau jam telah menunjukkan angka 9. Karena kemarin kedua anakku minta diantar bermalam di rumah nenek mereka, sehingga hari ini aku ingin tidur sepuas-puasnya. Setelah makan, aku lalu tidur-tiduran di sofa di depan TV. Tak lama terdengar suara pintu dIbuka dari kamar Erlangga.
Kudengar suara langkahnya mendekatiku. “Bu Tuti..?” Suaranya berbisik, aku diam saja. Kupejamkan mataku makin erat. Setelah beberapa saat lengang, tiba-tiba aku tercekat ketika merasakan sesuatu di pahaku. Kuintip melalui sudut mataku, ternyata Erlangga sudah berdiri di samping ranjangku, dan matanya sedang tertuju menatap tubuhku, tangannya memegang bagian bawah gaunku, aku lupa kalau aku sedang mengenakan baju tidur yang tipis, apa lagi tidur telentang pula. Hatiku menjadi berdebar-debar tak karuan, aku terus berpura-pura tertidur.
“Bu Tuti..?” Suara Erlangga terdengar keras, kukira dia ingin memastikan apakah tidurku benar-benar nyeyak atau tidak.
Aku memutuskan untuk pura-pura tidur. Kurasakan gaun tidurku tersingkap semua sampai ke leher. Lalu kurasakan Erlangga mengelus bibirku, jantungku seperti melompat, aku mencoba tetap tenang agar pemuda itu tidak curiga. Kurasakan lagi tangan itu mengelus-elus ketiakku, karena tanganku masuk ke dalam bantal otomatis ketiakku terlihat. Kuintip lagi, wajah pemuda itu dekat sekali dengan wajahku, tapi aku yakin ia belum tahu kalau aku pura-pura tertidur ku atur napas selembut mungkin.
Lalu kurasakan tangannya menelusuri leherku, bulu kudukku meremang geli, aku mencoba bertahan, aku ingin tahu apa yang ingin dilakukannya terhadap tubuhku. Tak lama kemudian aku merasakan tangannya meraba buah dadaku yang masih tertutup BH berwarna hitam, mula-mula ia cuma mengelus-elus, aku tetap diam sambil menikmati elusannya, lalu aku merasakan buah dadaku mulai diremas-remas, aku merasakan seperti ada sesuatu yang sedang bergejolak di dalam tubuhku, aku sudah lama merindukan sentuhan laki-laki dan kekasaran seorang pria. Aku memutuskan tetap diam sampai saatnya tiba.
Sekarang tangan Erlangga sedang berusaha membuka kancing BH-ku dari depan, tak lama kemudian kurasakan tangan dingin pemuda itu meremas dan memilin puting susuku. Aku ingin merintih nikmat tapi nanti malah membuatnya takut, jadi kurasakan remasannya dalam diam. Kurasakan tangannya gemetar saat memencet puting susuku, kulirik pelan, kulihat Erlangga mendekatkan wajahnya ke arah buah dadaku. Lalu ia menjilat-jilat puting susuku, tubuhku ingin menggeliat merasakan kenikmatan isapannya, aku terus bertahan. Kulirik puting susuku yang berwarna merah tua sudah mengkilat oleh air liurnya, mulutnya terus menyedot puting susuku disertai gigitan-gigitan kecil. Perasaanku campur aduk tidak karuan, nikmat sekali.
Tangan kanan Erlangga mulai menelusuri selangkanganku, lalu kurasakan jarinya meraba vaginaku yang masih tertutup CD, aku tak tahu apakah vaginaku sudah basah apa belum. Yang jelas jari-jari Erlangga menekan-nekan lubang vaginaku dari luar CD, lalu kurasakan tangannya menyusup masuk ke dalam CD-ku. Jantungku berdetak keras sekali, kurasakan kenikmatan menjalari tubuhku. Jari-jari Erlangga mencoba memasuki lubang vaginaku, lalu kurasakan jarinya amblas masuk ke dalam, wah nikmat sekali. Aku harus mengakhiri sandiwaraku, aku sudah tak tahan lagi, kubuka mataku sambil menyentakkan tubuhku.SahabatQQ
“Erlangga!! Ngapain kamu?” Aku berusaha bangun duduk, tapi tangan Erlangga menekan pundakku dengan keras. Tiba-tiba Erlangga mencium mulutku secepat kilat, aku berusaha memberontak dengan mengerahkan seluruh tenagaku. Tapi Erlangga makin keras menekan pundakku, malah sekarang pemuda itu menindih tubuhku, aku kesulitan bernapas ditindih tubuhnya yang besar dan kekar berotot. Kurasakan mulutnya kembali melumat mulutku, lidahnya masuk ke dalam mulutku, tapi aku pura-pura menolak.
“Bu.., maafkan saya. Sudah lama saya ingin merasakan ini, maafkan saya Bu… ” Erlangga melepaskan ciumannya lalu memandangku dengan pandangan meminta. “Kamu kan bisa dengan teman-teman kamu yang masih muda. Ibukan sudah tua,” Ujarku lembut. “Tapi saya sudah tergila-gila dengan Bu Tuti.. Saat SD saya sering mengintip BH yang Ibu gunakan… Saya akan memuaskan Ibu sepuas-puasnya,” jawab Erlangga.
“Ah kamu… Ya sudah terserah kamu sajalah” Aku pura-pura menghela napas panjang, padahal tubuhku sudah tidak tahan ingin dijamah olehnya. Lalu Erlangga melumat bibirku dan pelan-pelan aku meladeni permainan lidahnya. Kedua tangannya meremas-remas pantatku. Untuk membuatnya semakin membara, aku minta izin ke WC yang ada di dalam kamar tidurku. Di dalam kamar mandi, kubuka semua pakaian yang ada di tubuhku, kupandangi badanku di cermin.
Benarkah pemuda seperti Erlangga terangsang melihat tubuhku ini? Peduli amat yang penting aku ingin merasakan bagaimana sih bercinta dengan remaja yang masih panas. Keluar dari kamar mandi, Erlangga persis masuk kamar. Matanya terbelalak melihat tubuh sintalku yang tidak berpenutup sehelai benangpun. “Body Ibu bagus banget.. ” dia memuji sembari mengecup puting susuku yang sudah mengeras sedari tadi. Tubuhku disandarkannya di tembok depan kamar mandi. Lalu diciumnya sekujur tubuhku, mulai dari pipi, kedua telinga, leher, hingga ke dadaku. Sepasang payudara montokku habis diremas-remas dan diciumi. Putingku setengah digigit-gigit, digelitik-gelitik dengan ujung lidah, juga dikenyot-kenyot dengan sangat bernafsu.
“Ibu hebat…,” desisnya. “Apanya yang hebat..?” Tanyaku sambil mangacak-acak rambut Erlangga yang panjang seleher. “Badan Ibu enggak banyak berubah dibandingkan saya SD dulu” Katanya sambil terus melumat puting susuku. Nikmat sekali. “Itu karena Ibu teratur olahraga” jawabku sembari meremas tonjolan kemaluannya. Dengan bergegas kuloloskan celana hingga celana dalamnya. Mengerti kemauanku, dia lalu duduk di pinggir ranjang dengan kedua kaki mengangkang. DIbukanya sendiri baju kaosnya, sementara aku berlutut meraih batang penisnya, sehingga kini kami sama-sama bugil.
Agak lama aku mencumbu kemaluannya, Erlangga minta gantian, dia ingin mengerjai vaginaku.
“Masukin aja yuk, Ibu sudah ingin ngerasain penis kamu Erlangga!” Cegahku sambil menciumnya. Erlangga tersenyum lebar. “Sudah enggak sabar ya ?” godanya. “Kamu juga sudah enggak kuatkan sebenarnya Err,” Balasku sambil mencubit perutnya yang berotot. Erlangga tersenyum lalu menarik tubuhku. Kami berpelukan, berciuman rapat sekali, berguling-guling di atas ranjang. Ternyata Erlangga pintar sekali bercumbu. Birahiku naik semakin tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Terasa vaginaku semakin berdenyut-denyut, lendirku kian membanjir, tidak sabar menanti terobosan batang kemaluan Erlangga yang besar.
Berbeda dengan suamiku, Erlangga nampaknya lebih sabar. Dia tidak segera memasukkan batang penisnya, melainkan terus menciumi sekujur tubuhku. Terakhir dia membalikkan tubuhku hingga menelungkup, lalu diciuminya kedua pahaku bagian belakang, naik ke bongkahan pantatku, terus naik lagi hingga ke tengkuk. Birahiku menggelegak-gelegak.
Erlangga menyelipkan tangan kirinya ke bawah tubuhku, tubuh kami berimpitan dengan posisi aku membelakangi Erlangga, lalu diremas-remasnya buah dadaku. Lidahnya terus menjilat-jilat tengkuk, telinga, dan sesekali pipiku. Sementara itu tangan kanannya mengusap-usap vaginaku dari belakang. Terasa jari tengahnya menyusup lembut ke dalam liang vaginaku yang basah merekah.
“Vagina Ibu bagus, tebel, pasti enak ‘bercinta’ sama Ibu…,” dia berbisik persis di telingaku. Suaranya sudah sangat parau, pertanda birahinya pun sama tingginya dengan aku. Aku tidak bisa bereaksi apapun lagi. Kubiarkan saja apapun yang dilakukan Erlangga, hingga terasa tangan kanannya bergerak mengangkat sebelah pahaku. Mataku terpejam rapat, seakan tak dapat lagi membuka. Terasa nafas Erlangga semakin memburu, sementara ujung lidahnya menggelitiki lubang telingaku. Tangan kirinya menggenggam dan meremas gemas buah dadaku, sementara yang kanan mengangkat sebelah pahaku semakin tinggi. Lalu…, terasa sebuah benda tumpul menyeruak masuk ke liang vaginaku dari arah belakang.
Sejenak aku tidak dapat bereaksi sama sekali, melainkan hanya menggigit bibir kuat-kuat. Kunikmati inci demi inci batang kemaluan Erlangga memasuki liang vaginaku. Terasa penuh, nikmat luar biasa. “Oohh…,” sesaat kemudian aku mulai bereaksi tak karuan. Tubuhku langsung menggerinjal-gerinjal, sementara Erlangga mulai memaju mundurkan tongkat wasiatnya. Mulutku mulai merintih-rintih tak terkendali. “Sayang, penismu enaaak…!!!,” kataku setengah menjerit.
Erlangga tidak menjawab, melainkan terus memaju mundurkan rudalnya. Gerakannya cepat dan kuat, bahkan cenderung kasar. Tentu saja aku semakin menjerit-jerit dibuatnya. Batang penisnya yang besar itu seperti hendak membongkar liang vaginaku sampai ke dasar. “Oohh…, toloongg.…!!!” Erlangga malah semakin bersemangat mendengar jerit dan rintihanku. Aku semakin erotis.
“Aahh, penismu…, oohh, aarrghh…, penismuu…, oohh…!!!” Erlangga terus menggecak-gecak. Tenaganya kuat sekali, apalagi dengan batang penis yang luar biasa keras dan kaku. Walaupun kami bersetubuh dengan posisi menyamping, nampaknya Erlangga sama sekali tidak kesulitan menyodokkan batang kemaluannya pada vaginaku. Orgasmeku cepat sekali terasa akan meledak. “Ibu mau keluar! Ibu mau keluaaar!!” aku menjerit-jerit. “Yah, yah, yah, aku juga, aku juga! Enak banget ‘bercinta’ sama Ibu!” Erlangga menyodok-nyodok semakin kencang.
“Sodok terus, Errr!!!… Yah, ooohhh, yahh, ugghh!!!”
“Teruuss…, arrgghh…, sshh…, ohh…, sodok terus penismuuu…!”
“Oh, ah, uuugghhh… ”
“Enaaak…, penis kamu enak, penis kamu sedap, yahhh, teruuusss…”
Pada detik-detik terakhir, tangan kananku meraih pantat Erlangga, kuremas bongkahan pantatnya, sementara paha kananku mengangkat lurus tinggi-tinggi. Terasa vaginaku berdenyut-denyut kencang sekali. Aku orgasme! Sesaat aku seperti melayang, tidak ingat apa-apa kecuali nikmat yang tidak terkatakan. Mungkin sudah ada lima tahun aku tak merasakan kenikmatan seperti ini. Erlangga mengecup-ngecup pipi serta daun telingaku. Sejenak dia membiarkan aku mengatur nafas, sebelum kemudian dia memintaku menungging. Aku baru sadar bahwa ternyata dia belum mencapai orgasme.
Kuturuti permintaan Erlangga. Dengan agak lunglai akibat orgasme yang luar biasa, kuatur posisi tubuhku hingga menungging. Erlangga mengikuti gerakanku, batang kemaluannya yang besar dan panjang itu tetap menancap dalam vaginaku. Lalu perlahan terasa dia mulai mengayun pinggulnya. Ternyata dia luar biasa sabar. Dia memaju mundurkan gerak pinggulnya secara teratur, seakan-akan kami baru saja memulai permainan, padahal tentu perjalanan birahinya sudah cukup tinggi tadi. Aku menikmati gerakan maju-mundur penis Erlangga dengan diam. Kepalaku tertunduk, kuatur kembali nafasku. Tidak berapa lama, vaginaku mulai terasa enak kembali. Kuangkat kepalaku, menoleh ke belakang. Erlangga segera menunduk, dikecupnya pipiku.
“Err.. Kamu hebat banget.. Ibu kira tadi kamu sudah hampir keluar,” kataku terus terang.
“Oorrgghh…, aahh…, ennaak…, penismu enak bangeett… Errrr!!” Erlangga tidak bersuara, melainkan menggecak-gecak semakin kuat. Tubuhku sampai terguncang-guncang. Aku menjerit-jerit. Cepat sekali, birahiku merambat naik semakin tinggi. Kurasakan Erlangga pun kali ini segera akan mencapai klimaks. Maka kuimbangi gerakannya dengan menggoyangkan pinggulku cepat-cepat. Kuputar-putar pantatku, sesekali kumajumundurkan berlawanan dengan gerakan Erlangga. Pemuda itu mulai mengerang-erang pertanda dia pun segera akan orgasme. Tiba-tiba Erlangga menyuruhku berbalik. Dicabutnya penisnya dari kemaluanku. Aku berbalik cepat. Lalu kukangkangkan kedua kakiku dengan setengah mengangkatnya. Erlangga langsung menyodokkan kedua dengkulnya hingga merapat pada pahaku. Kedua kakiku menekuk mengangkang. Erlangga memegang kedua kakiku di bawah lutut, lalu batang penisnya yang keras menghunjam mulut vaginaku yang menganga.
“Aarrgghhh…!!!” aku menjerit. “Aku hampir keluar!” Erlangga bergumam. Gerakannya langsung cepat dan kuat. Aku tidak bisa bergoyang dalam posisi seperti itu, maka aku pasrah saja, menikmati gesekan-gesekan keras batang kemaluan Erlangga. Kedua tanganku mencengkeram sprei kuat-kuat. “Terus, Sayang…, teruuusss…!”desahku. “Ooohhh, enak sekali…, aku keenakan…, enak ‘bercinta’ sama Ibu!” Erang Erlangga “Ibu juga, Ibu juga, vagina Ibu keenakaan…!” Balasku.
“Aku sudah hampir keluar, Buu…, vagina Ibu enak bangeet… ” “Ibu juga mau keluar lagi, tahan dulu! Teruss…, yaah, aku juga mau keluarr!” “Ah, oh, uughhh, aku enggak tahan, aku enggak tahan, aku mau keluaaar…!” “Yaahh teruuss, sodok teruss!!! Ibu enak enak, Ibu enak, Errr…, aku mau keluar, aku mau keluar, vaginaku keenakan, aku keenakan ‘bercinta’ sama kamu…, yaahh…, teruss…, aarrgghh…, ssshhh…, uughhh…, aarrrghh!!!”
Tubuhku mengejang sesaat sementara otot vaginaku terasa berdenyut-denyut kencang. Aku menjerit panjang, tak kuasa menahan nikmatnya orgasme. Pada saat bersamaan, Erlangga menekan kuat-kuat, menghujamkan batang kemaluannya dalam-dalam di liang vaginaku.
“Oohhh…!!!” dia pun menjerit, sementara terasa kemaluannya menyembur-nyemburkan cairan mani di dalam vaginaku. Nikmatnya tak terkatakan, indah sekali mencapai orgasme dalam waktu persis bersamaan seperti itu. Lalu tubuh kami sama-sama melunglai, tetapi kemaluan kami masih terus bertautan. Erlangga memelukku mesra sekali. Sejenak kami sama-sama sIbuk mengatur nafas.
“Enak banget,” bisik Erlangga beberapa saat kemudian. “Hmmm…” Aku menggeliat manja. Terasa batang kemaluan Erlangga bergerak-gerak di dalam vaginaku. “Vagina Ibu enak banget, bisa nyedot-nyedot gitu…” “Apalagi penis kamu…, gede, keras, dalemmm…” Erlangga bergerak menciumi aku lagi. Kali ini diangkatnya tangan kananku, lalu kepalanya menyusup mencium ketiakku. Aku mengikik kegelian. Erlangga menjilati keringat yang membasahi ketiakku. Geli, tapi enak. Apalagi kemudian lidahnya terus menjulur-julur menjilati buah dadaku.
Erlangga lalu menetek seperti bayi. Aku mengikik lagi. Putingku dihisap, dijilat, digigit-gigit kecil. Kujambaki rambut Erlangga karena kelakuannya itu membuat birahiku mulai menyentak-nyentak lagi. Erlangga mengangkat wajahnya sedikit, tersenyum tipis, lalu berkata,
“Aku bisa enggak puas-puas ‘bercinta’ sama Ibu… Ibu juga suka kan?” Aku tersenyum saja, dan itu sudah cukup bagi Erlangga sebagai jawaban. Alhasil, seharian itu kami bersetubuh lagi. Setelah break sejenak di sore hari malamnya Erlangga kembali meminta jatah dariku. Sedikitnya malam itu ada 3 ronde tambahan yang kami mainkan dengan entah berapa kali aku mencapai orgasme. Yang jelas, keesokan paginya tubuhku benar-benar lunglai, lemas tak bertenaga.Agen Domino99
Hampir tidak tidur sama sekali, tapi aku tetap pergi ke sekolah. Di sekolah rasanya aku kuyu sekali. Teman-teman banyak yang mengira aku sakit, padahal aku justru sedang happy, sehabis bersetubuh sehari semalam dengan bekas muridku yang perkasa. Sudah seminggu Erlangga menjadi” suami”ku. Dan jujur saja aku sangat menikmati kehidupan malamku selama seminggu ini. Erlangga benar-benar pemuda yang sangat perkasa, selama seminggu ini liang memekku selalu disiramnya dengan sperma segar. Dan entah berapa kali aku menahan jeritan karena kenikmatan luar biasa yang ia berikan.
Walaupun malam sudah puas menjilat, menghisap, dan mencium sepasang payudaraku. Erlangga selalu meremasnya lagi jika ingin berangkat kuliah saat pagi hari, katanya sih buat menambah semangat. Aku tak mau melarang karena aku juga menikmati semua perbuatannya itu, walau akibatnya aku harus merapikan bajuku lagi. Malam itu sekitar jam setengah 10-an. Setelah menidurkan anakku yang paling bungsu, aku pergi kekamar mandi untuk berganti baju. Erlangga meminta aku mengenakan pakaian yang biasa aku pergunakan ke sekolah.
Setelah selesai berganti pakaian aku lantas keluar dan berdiri duduk di depan meja rias. Lalu berdandan seperti yang biasa aku lakukan jika ingin berangkat mengajar ke sekolah. Tak lama kudengar suara ketukan, hatiku langsung bersorak gembira tak sabar menanti permainan apa lagi yang akan dilakukan Erlangga padaku. “Masuk.. Nggak dikunci,” panggilku dengan suara halus. Lalu Erlangga masuk dengan menggunakan T-shirt ketat dan celana putih sependek paha. “Malam ibu… Sudah siap..?” Godanya sambil medekatiku. “Sudah sayang…” Jawabku sambil berdiri.
Tapi Erlangga menahan pundakku lalu memintaku untuk duduk kembali sambil menghadap ke cermin meja rias. Lalu ia berbisik ke telingaku dengan suara yang halus. “Bu.. Ibu mau tahu nggak dari mana biasanya saya mengintip ibu?” “Memangnya lewat mana..?” Tanyaku sambil membalikkan setengah badan. Dengan lembut ia menyentuh daguku dan mengarahkan wajahku kemeja rias. Lalu sambil mengecup leherku Erlangga berucap.
“Dari sini bu..” Bisiknya.
Dari cermin aku melihat di sela-sela kerah baju yang kukenakan agak terbuka sehingga samar-samar terlihat tali BHku yang berwarna hitam. Pantas jika sedang mengajar di depan kelas atau mengobrol dengan guru-guru pria di sekolah, terkadang aku merasa pandangan mereka sedang menelanjangi aku. Rupanya pemandangan ini yang mereka saksikan saat itu. Tapi toh mereka cuma bisa melihat, membayangkan dan ingin menyentuhnya pikirku. Lalu tangan kanan Erlangga masuk ke celah itu dan mengelus pundakku. Sementara tangan kirinya pelan-pelan membuka kancing bajuku satu persatu. Setelah terbuka semua Erlangga lalu membuka bajuku tanpa melepasnya. Lalu ia meraih kedua payudaraku yang masih tertutup BH.
“Inilah yang membuat saya selalu mengingat ibu sampai sekarang,” Bisiknya di telingaku sambil meremas kedua susuku yang masih kencang ini. Lalu tangan Erlangga menggapai daguku dan segera menempelkan bibir hangatnya padaku dengan penuh kasih dan emosinya. Aku tidak tinggal diam dan segera menyambut sapuan lidah Erlangga dan menyedotnya dengan keras air liur Erlangga, kulilitkan lidahku menyambut lidah Erlangga dengan penuh getaran birahi. Kemudian tangannya yang keras mengangkat tubuhku dan membaringkannya di tengah ranjang. Ia lalu memandang tubuh depanku yang terbuka, dari cermin aku bisa melihat BH hitam yang transparan dengan “push up bra style”.
Sehingga memberikan kesan payudaraku hampir tumpah meluap keluar lebih sepertiganya. Untuk lebih membuat Erlangga lebih panas, aku lalu mengelus-elus payudaraku yang sebelah kiri yang masih dibalut bra, sementara tangan kiriku membelai memekku yang menyembul mendesak CDku, karena saat itu aku mengenakan celana “mini high cut style”. Erlangga tampak terpesona melihat tingkahku, lalu ia menghampiriku dan menyambar bibirku yang lembut dan hangat dan langsung melumatnya. Sementara tangan kanan Erlangga mendarat di sembulan payudara sebelah kananku yang segar, dielusnya lembut, diselusupkan tangannya kedalam bra yang hanya 2/3 menutupi payudaraku dan dikeluarkannya buah dadaku.
Ditekan dan dicarinya puting susuku, lalu Erlangga memilinnya secara halus dan menariknya perlahan. Perlakuannya itu membuatku melepas ciuman Erlangga dan mendesah, mendesis, menghempaskan kepalaku kekiri dan kekanan. Selepas tautan dengan bibir hangatku, Erlangga lalu menyapu dagu dan leherku, sehingga aku meracau menerima dera kenikmatan itu. “Errr… Errrr… Kenapa kamu yang memberikan kenikmatan ini..” Erlangga lalu menghentikan kegiatan mulutnya. Tangannya segera membuka kaitan bra yang ada di depan, dengan sekali pijitan jari telunjuk dan ibu jari sebelah kanan Erlangga, Segera dua buah gunung kembarku yang masih kencang dan terawat menyembul keluar menikmati kebebasan alam yang indah.
Lalu Erlangga menempelkan bibir hangatnya pada buah dadaku sebelah kanan, disapu dan dijilatnya sembulan daging segar itu. Secepat itu pula merambatlah lidahnya pada puting coklat muda keras, segar menentang ke atas. Erlangga mengulum putingku dengan buas, sesekali digigit halus dan ditariknya dengan gigi. Aku hanya bisa mengerang dan mengeluh, sambil mengangkat badanku seraya melepaskan baju dan rok kerjaku beserta bra warna hitam yang telah dibuka Erlangga dan kulemparkan ke kursi rias. Dengan giat penuh nafsu Erlangga menyedot buah dadaku yang sebelah kiri, tangan kanannya meraba dan menjalar ke bawah sampai dia menyentuh CDku dan berhenti di gundukan nikmat yang penuh menentang segar ke atas.
“Errr.. Sentuh ibu sayang, .. buat.. Ibu terbaang.. Pleaase.” Erlangga segera membuka gundukan tebal vagina milikku lalu mulutnya segera menjulur ke bawah dan lidahnya menjulur masuk untuk menyentuh lebih dalam lagi mencari kloritasku yang semakin membesar dan mengeras. Dia menekan dengan penuh nafsu dan lidahnya bergerak liar ke atas dan kebawah.
Aku menggelinjang dan teriak tak tahan menahan orgasme yang akan semakin mendesak mencuat bagaikan merapi yang ingin memuntahkan isi buminya. Dengan terengah-engah kudorong pantatku naik, seraya tanganku memegang kepala Erlangga dan menekannya kebawah sambil mengerang.
“Aarghh..” Aku tak kuasa menahannya lagi hingga menjerit saat menerima ledakan orgasme yang pertama, magma pun meluap menyemprot ke atas hidung Erlangga yang mancung. “Errr.. Ibu keluaa.. aar..” Memekku berdenyut kencang dan mengejanglah tubuhku sambil tetap meracau. “Errr.. Kamu jago sekali memainkan lidahmu dalam memekku sayang.. Cium ibu sayang.” Erlangga segera bangkit mendekap erat diatas dadaku yang dalam keadaan oleng menyambut getaran orgasme. Ia lalu mencium mulutku dengan kuatnya dan aku menyambutnya dengan tautan garang, kuserap lidah Erlangga dalam rongga mulutku yang indah.
Tubuhku tergolek tak berdaya sesaat, Erlangga pun mencumbuku dengan mesra sambil tangannya mengelus-elus seluruh tubuhku yang halus, seraya memberikan kecupan hangat didahi, pipi dan mataku yang terpejam dengan penuh cinta. Dibiarkannya aku menikmati sisa-sisa kenikmatan orgasme yang hebat. Juga memberi kesempatan menurunnya nafsu yang kurasakan. Setelah merasa aku cukup beristirahat Erlangga mulai menyentuh dan membelaiku lagi. Aku segera bangkit dan mendorong belahan badan Erlangga yang berada diatasku. Kudekatkan kepalaku ke wajahnya lalu kucium dan kujilati pipinya, kemudian menjalar ke kupingnya.
Kumasukkan lidahku ke dalam lubang telinga Erlangga, sehingga ia meronta menahan gairahnya. Jilatanku makin turun kebawah sampai keputing susu kiri Erlangga yang berambut, Kubelai dada Erlangga yang bidang berotot sedang tangan kananku memainkan puting yang sebelah kiri. Mengelinjang Erlangga mendapat sentuhan yang menyengat dititik rawannya yang merambat gairahnya itu, Erlangga Pun mengerang dan mendesah. Kegiatanku semakin memanas dengan menurunkan sapuan lidah sambil tanganku merambat ke perut. Lalu kumainkan lubang pusar Erlangga ditekan kebawah dan kesamping terus kulepaskan dan kubelai perut bawah Erlangga sampai akhirnya ke kemaluan Erlangga yang sudah membesar dan mengeras.
“Buuu.. nikmat darimu tak tertahankan.. Ku Ingin memilikimu seutuhnya,” Erlangga mengerang. Aku tidak menjawabnya, hanya lirikan mataku sambil mengedipkannya satu ke arah Erlangga yang sedang kelejotan. Sukmanya sedang terbang melayang ke alam raya oleh hembusan cinta birahi yang tinggi. Adapun tanganku memijit dan mengocoknya dengan ritme yang pelan dan semakin cepat, sementara lidahku menjilati seluruh permukaan kepala kontol tersebut. Termasuk di bagian urat yang sensitif bagian atas sambil kupijat-pijat dengan penuh nafsu birahi.
Sadar akan keadaan Erlangga yang semakin mendaki puncak kenikmatan dan akupun sendiri telah terangsang. Denyutan memekku telah mempengaruhi deburan darah tubuhku, kulepaskan kuluman kontol Erlangga dan segera kuposisikan tubuhku diatas tubuh Erlangga menghadap ke kakinya. Dan kumasukkan kontol Erlangga yang keras dan menegang ke dalam liang nikmatku. Segera kuputar memompanya naik turun sambil menekan dan memijat dengan otot vagina sekuat tenaga. Ritme gerakan pun ku tambah sampai kecepatan maksimal. Erlangga berteriak, sementara aku pun terfokus menikmati kenikmatan gesekan kontol Erlangga yang menggesek G-spotku berulang kali sehingga menimbulkan kenikmatan yang indah sekali. Tangan Erlangga Pun tak tinggal diam diremasnya pantatku yang bulat montok indah, dan dielus-elusnya anusku, sambil menikmati dera goyanganku pada kontolnya. Dan akhirnya kami berdua berteriak.
“Buu Errrlangaa.. Aku tak kuat lagi.. Berikan kenikmatan lebih lagi bu.. Denyutan diujung kontolk sudah tak tertahankan” “Ibu pandai… Ibu liaarr… Ibu membuatku melayang.. Aku mau keluarr” . Lalu Erlangga memintaku untuk memutar badan menghadap pada dirinya dan dibalikkannya tubuhku sehingga. Sekarang aku berada dibawah tubuhnya bersandarkan bantal tinggi, lalu Erlangga menaikkan kedua kakiku ke bahunya kemudian ia bersimpuh di depan memekku. Sambil mengayun dan memompa kontolnya dengan yang cepat dan kuat. Aku bisa melihat bagaimana wajah Erlangga yang tak tahan lagi akan denyutan di ujung kontol yang semakin mendesak seakan mau meledak.
“Buu… Pleaass..ssseee.. Aku akaan meleedaaakkh!” “Tungguu Errr.. Orgasmeku juga mauu.. Datang ssayaang.. Kita sama-sama yaa..” Akhirnya… Crot.. Crot.. Crot tak tertahankan lagi bendungan Erlangga jebol memuntahkan spermanya di vaginaku. Secara bersamaan akupun mendengus dan meneriakkan erangan kenikmatan.
Segera kusambar bibir Erlangga, kukulum dengan hangat dan kusodorkan lidahku ke dalam rongga mulut Erlangga. Kudekap badan Erlangga yang sama mengejang, basah badan Erlangga dengan peluh menyatu dengan peluhku. Lalu ia terkulai didadaku sambil menikmati denyut vaginaku yang kencang menyambut orgasme yang nikmat yang selama ini kurindukan.
Lalu Erlangga membelai rambutku dengan penuh kasih sayang kemudian mengecup keningku.
“Buu.. Thank you, i love you so much.. Terus berikan kenikmatan seperti ini untukku ya..” Bisiknya lembut.
0 Komentar